IKNPOS.ID – Dunia kerja global kini menghadapi fenomena serius yang mulai banyak disorot, yakni underemployment atau kondisi ketika lulusan kuliah bekerja tidak sesuai jurusan dan di posisi yang tidak memerlukan gelar sarjana.
Di Amerika Serikat, data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari separuh lulusan dari sejumlah jurusan bekerja di posisi “di bawah level” gelar akademik mereka.
Ironisnya, sebagian besar pekerjaan yang tersedia tidak lagi mensyaratkan pendidikan tinggi formal, melainkan keterampilan teknis dan digital yang praktis.
Related Post
Akibatnya, banyak sarjana muda akhirnya terjebak dalam pekerjaan yang tidak berhubungan sama sekali dengan bidang studi mereka di kampus.
Apa Itu Underemployment?
Menurut definisi New York Federal Reserve (New York Fed), underemployment adalah kondisi ketidaksesuaian antara kemampuan atau kualifikasi seseorang dengan pekerjaan yang dijalaninya.
Artinya, seseorang bisa saja bekerja penuh waktu, tapi di posisi yang tidak memanfaatkan keahlian akademik atau gelar yang dimiliki.
Misalnya, seorang lulusan hukum yang bekerja sebagai pegawai administrasi umum, atau lulusan seni yang berkarier di bidang pemasaran produk.
Survei New York Fed bahkan menyebut bahwa hanya sekitar 50 persen lulusan baru dari sejumlah jurusan berhasil mendapatkan pekerjaan setara dengan tingkat pendidikan mereka di tahun pertama setelah lulus.
Mengapa Underemployment Terjadi?
Fenomena ini muncul karena kesenjangan besar antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri modern.
Banyak universitas masih fokus pada materi teoretis dan konsep akademik, sementara perusahaan kini lebih mencari tenaga kerja dengan keterampilan digital, teknologi, komunikasi, dan analisis data.
Alhasil, jurusan-jurusan yang tidak berorientasi langsung pada kebutuhan pasar kerja rentan melahirkan lulusan yang kesulitan bersaing.
11 Jurusan Kuliah dengan Risiko Underemployment Tertinggi
Berdasarkan laporan resmi dari Federal Reserve Bank of New York (14 Oktober 2025), berikut daftar jurusan dengan tingkat underemployment paling tinggi di Amerika Serikat:
Terverifikasi Dewan Pers