IKNPOS.ID – Ratusan alumni Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, menggelar aksi damai di depan kantor Pemkab Kediri. Mereka menuntut pemilik stasiun televisi Trans7, Chairul Tanjung, datang langsung menemui para masyaikh (sesepuh) pesantren.
Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan pembelaan terhadap Pesantren Lirboyo Kediri yang merasa dirugikan oleh tayangan di Trans7 dalam program Xpose Uncensored.
Ketua Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Kediri Raya, KH Abu Bakar Abdul Jalil, menyatakan para santri siap berkorban demi membela kehormatan pesantren.
“Kami sebagai santri rela menjadi budak bagi orang yang memberikan ilmu. Apalagi mondok di Lirboyo, tidak hanya satu atau dua hari,” tegasnya.
KH Abu Bakar Abdul Jalil menambahkan pesantren telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka dan merupakan tempat mendidik yang sangat tua.
Pondok Pesantren Lirboyo Kediri didirikan pada tahun 1910 oleh Kiai Haji Abdul Karim. Jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1945.
Para kiai telah berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa dengan harta dan jiwa mereka.
“Pesantren sudah ada jauh sebelum Indonesia resmi dideklarasikan merdeka. Bahkan pesantren merupakan tempat mendidik yang tua,” imbuhnya.
Di pesantren, lanjutnya, para santri tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan. Tetapi juga adab dan akhlak yang mulia.
Hal ini menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter generasi muda yang berakhlak dan berilmu.
Merasakan Luka Para Santri
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, menyatakan para santri masih merasa terluka atas tayangan televisi Trans7 dalam program Xpose Uncensored yang dinilai menyakiti hati para ulama dan santri.
“Aksi damai ini menunjukkan solidaritas betapa takdimnya santri terhadap kiai, sebagai bentuk kekecewaan dari sebuah tayangan. Saya rasa itu. Sebagai warga Kediri, tahu betul kehidupan pondok,” kata Hanindhito.
Ia mengakui bisa membayangkan perasaan santri yang ikut terluka. Terutama ketika para masyaikh mereka di-framing dengan cara yang kurang baik.