Maka, tanggal 7 malam itu, Presiden Basyir Al Assad harus menyerah. Ia diterbangkan ke Rusia. Bersama istri dan anak. Tidak langsung ke Rusia. Transit dulu di pangkalan angkatan udara Rusia di bagian barat Syria.
Pun para pengusaha besar kroni Assad. Mereka juga kabur. Mereka membawa harta benda tapi meninggalkan pembantu rumah tangga dari Indonesia. Ada TKI yang menghubungi kedutaan. Ada yang tidak. Kedutaan mencari cara menjemput mereka. Dibawa ke penampungan di dekat gedung kedutaan.
“Sulitnya, banyak yang tidak tahu siapa nama belakang mereka,” ujar Pak Duta Besar.
Mereka memang tidak memegang paspor. Dipegang calo. Kedutaan harus membuatkan dokumen perjalanan ”laksana paspor”. Tanpa tahu nama belakang sulit membuatkan dokumen. Data di laksana paspor harus sama dengan data di paspor. Kalau tidak mereka tidak akan bisa lolos di imigrasi saat keluar dari Syria.
Jangankan nama. Di mana kampung asal mereka pun banyak yang lupa. Saking lamanya di Syria. Atau pura-pura lupa. Begitulah doktrin yang disampaikan para calo kepada mereka.
Anehnya calo seperti itu tidak pernah bisa diberantas. Kedutaan sudah sering kirim permintaan agar praktik seperti ini dihapus mulai dari hulunya. Tapi ada saja yang datang lewat pintu belakang.
Sampai sekarang pun masih banyak yang belum berhasil dibuatkan dokumen baru.
Pak duta besar orang Solo. Ia lulusan madrasah Al Islam yang terkenal itu. Ayahnya hakim di pengadilan agama –terakhir menjabat ketua pengadilan tinggi agama di Semarang –lalu Yogyakarta.
Untuk memenuhi permintaan orang tua, Wajid kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Di tahun kedua ia merangkap kuliah di Universitas Gadjah Mada. Doktornya diraih di Universitas Indonesia.
Tidak ada anaknya yang ikut ke Suriah. Ia berdua dengan istri –alumnnus SMAN 8 Jakarta – yang lulusan Universitas Indonesia.
Di hari ketiga di Suriah saya diundang makan siang di Wisma Indonesia. Kebetulan letaknya di tengah perjalanan darat menuju perbatasan Lebanon.
Bersama Duta Besar RI untuk Suriah, dr Wajid Fauzi (tiga dari kiri). Beliau ditemani istri (tiga dari kanan) serta para pegawai KBRI.–