Oleh: Dahlan Iskan
Di saat euforia tumbangnya pemerintahan Basyar Al Assad, Duta Besar Indonesia di Suriah, Wajid Fauzi didesak: mengapa tidak segera bikin pernyataan pengakuan terhadap pemerintah baru. Kesannya: seolah Indonesia pro Assad dan anti Ash-Sharaa.
“Kalau kita bikin pengakuan, itu melampaui batas. Yang kita akui adalah negara Suriah. Siapa pun pemerintahnya,” ujar Wajid.
Buktinya: Wajid tidak memiliki hambatan apa pun dalam berhubungan dengan pemerintah baru. Wajid termasuk sangat cepat bisa diterima presiden baru Ash Sharaa.
Misi pemulangan tenaga kerja Indonesia di sana pun lancar. Bahwa masih ada warga Indonesia yang pernah ikut berjuang bersama pemberontak –kini disebut pejuang– tidak menimbulkan konflik antar pemerintah.
Saya sendiri menjadi saksi hubungan baik itu. Kedatangan saya ke Syria sangat mendadak. Tapi di hari kedua saya sudah bisa menghadap seorang menteri di sana. Bukan sembarang menteri pula. Ia menteri energi: Mohamed Al Bashir.
Mustahal pertemuan itu terjadi kalau duta besar Wajid tidak punya hubungan baik dengan pemerintah baru. Bashir bukan menteri biasa. Ia menteri sekaligus orang kuat. Saat Presiden Assad tumbang, Bashir-lah yang tampil menjadi perdana menteri pertama.
Tugas Bashir waktu itu: menyusun pemerintahan baru. Termasuk menggalang kekuatan politik agar Syria bisa mendapat presiden yang baru. Berkat kehebatannya semua kelompok pejuang sepakat: memilih Ash Sharaa sebagai presiden pertama. Status Ash Sharaa memang masih presiden sementara. Tapi kekuasaannya penuh.
Kata ”sementara” di situ pun sampai berhasil dilaksanakannya pemilu. Itu tidak mudah. Apalagi keadaan ekonomi dan masyarakat sudah berantakan. Perang sipil di sana terlalu lama: 14 tahun.
Kalau pemilu diadakan dalam keadaan seperti itu hanya akan membuka luka-luka lama. Perang sipil bisa kembali terjadi.
Maka kata ”sementara” itu kelihatannya akan lima tahun. Pemulihan ekonomi menjadi prioritas. Dan masyarakat terlihat puas. Anda sudah tahu: Ash-Sharaa begitu dielukan saat ia ke Amerika –pidato di PBB. Masyarakat Syria di New York mendemonya: demo kegembiraan.