Di Beijing luka akibat kekejaman Jepang dinyatakan sangat dalam. Pun setelah banyak investor Jepang masuk ke Tiongkok.
Hubungan Tiongkok-Jepang cukup erat tapi tidak pernah mesra. Tiongkok merasa Jepang sering dipakai Amerika untuk memata-matai Tiongkok dan memusuhinya.
Begitu banyak pimpinan negara menghadiri parade di Beijing. Jepang tidak mengirim utusan sama sekali. Jepang justru menyesalkan Tiongkok: terlalu jauh menafsirkan kemenangannya itu –yang bisa menimbulkan semangat anti Jepang di mana-mana.
Saya selalu mengagumi kegagahan parade militer. Di mana pun. Sayang, saya tidak bisa melihat parade itu secara live kemarin.
Pada jam parade itu, saya lagi di Medan: di rumah orang yang pernah mendeklarasikan dirinya sebagai Rasulullah abad ini.
Deklarasi itu dilakukan di Makkah –di dekat Kakbah– yang membuatnya masuk tahanan di sana. Terlalu lama saya berbincang dengan sang nabi –baru selesai setelah live parade berakhir.
Saat melihat video parede beberapa jam setelahnya saya pun terkenang masa nan silam: saya duduk di kursi VIP di situ melihat parade militer serupa di lokasi yang sama.
“Tong shi men, nimen xing ku le,” sapa Xi Jinping dari atas mobil ke arah pasukan yang ditinjaunya.
“Wei ren min fu wu!” teriak setiap pasukan yang disapa dan dilewati Xi Jinping.
Hanya di Tiongkok inspektur upacara yang meninjau pasukan parade melakukan saling sapa seperti itu.
“Kawan-kawan, kalian telah sungguh-sungguh kerja keras,” sapa Xi Jinping lewat mikrofon keras.
Seluruh pasukan yang disapa serentak tegap mengubah posisi wajah ke arah inspektur upacara:
“Demi mengabdi ke rakyat!” sahut pasukan itu.
Semua resimen disapa seperti itu. Jawaban pasukan selalu sama: Demi mengabdi ke rakyat!
Waktu saya di situ inspektur upacaranya Presiden Hu Jintao. Kemarin Presiden Xi Jinping. Orangnya sudah tidak sama. Sapaan dan jawabnya masih sama.(Dahlan Iskan)