Salah satu warisan terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), proyek yang digawangi oleh Gas Advocacy Task Force.
Hingga kini, lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara, menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Infrastruktur ini bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga menjadi instrumen strategis untuk memastikan ketersediaan energi kawasan.
Seiring berkembangnya LNG sebagai virtual pipeline, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa) yang memperluas mobilitas gas lintas negara.
Infrastruktur ini memberikan fleksibilitas bagi negara anggota untuk memindahkan energi dari pusat produksi ke pusat konsumsi, bahkan melampaui keterbatasan jaringan pipa fisik.
Selain itu, ASCOPE menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan.
Meskipun implementasinya masih terbatas, APSA menegaskan pentingnya perspektif keamanan energi kolektif di ASEAN.
Tak kalah penting, Exploration and Production Task Force (EPTF) meluncurkan ASCOPE Decommissioning Guideline yang menstandarisasi proses penonaktifan fasilititas migas (facility decommissioning) secara aman dan andal.
ASCOPE juga memfasilitasi pertukaran pengalaman antar-BUMN energi, mulai dari eksplorasi migas lepas pantai, teknologi LNG dan regasifikasi, hingga advokasi gas.
Dalam banyak kesempatan, peran diplomasi energi ASCOPE membantu tercapainya berbagai kesepakatan komersial antaranggota.
Tantangan Baru: Transisi Energi
Lanskap energi ASEAN kini berubah drastis. ASEAN Energy Outlook 2024 memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada 2050, seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa didorong pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Dalam konteks ini, gas bumi akan memegang peran vital sebagai energi transisi. Namun dalam jangka panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero emissions pada paruh kedua abad ini.