IKNPOS.ID – Tiger Research memperkenalkan sebuah model revolusioner yang dapat mengukur nilai wajar Bitcoin (BTC) secara objektif.
Dengan pendekatan ini, investor memiliki kompas baru untuk menavigasi pasar kripto yang penuh gejolak.
Model yang diberi nama Tiger Valuation Model (TVM) ini adalah upaya untuk memberikan standar valuasi rasional bagi aset digital terbesar di dunia.
Selama ini hanya mengandalkan narasi seperti “emas digital” atau teori kelangkaan. TVM menggabungkan tiga pilar utama untuk menentukan nilai wajar. Juga mengesampingkan spekulasi emosional dan lebih berfokus pada data konkret:
- Base Price: Nilai dasar yang dihitung dari indikator on-chain. TVM mengukur sejauh mana harga saat ini berada dari rata-rata historis (MVRV-Z Score), status keuntungan/kerugian (aSOPR), dan akumulasi laba atau rugi yang belum direalisasi (NUPL). MVRV-Z diberi bobot 50% karena akurasinya dalam memprediksi pembalikan tren.
- Fundamental Multiplier: Penyesuaian nilai berdasarkan kesehatan jaringan. TVM akan meningkatkan nilai jika ada peningkatan aktivitas. Seperti jumlah transaksi, volume transfer, dan alamat aktif. Faktor ini dibatasi hingga 10% untuk menjaga objektivitas.
- Macro Multiplier: Faktor eksternal yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi makro. Mulai dari likuiditas global hingga aliran dana ke Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin. Penyesuaian ini dibatasi hingga 40% agar tidak terdistorsi peristiwa sesaat.
Dengan menggabungkan ketiga komponen ini, TVM menciptakan sebuah kerangka kerja yang solid untuk memahami valuasi Bitcoin dari perspektif yang lebih mendalam.
Studi Kasus Keruntuhan FTX
Untuk membuktikan keandalan model ini, Tiger Research melakukan simulasi pada salah satu periode paling gelap di sejarah kripto: keruntuhan bursa FTX pada November 2022.
Saat harga pasar Bitcoin berfluktuasi di angka $20.000, model TVM menunjukkan nilai wajarnya seharusnya berada di angka $16.170.
Perhitungan ini didasarkan pada kombinasi Base Price sebesar $22.000, Fundamental Multiplier sebesar 1,05 karena lonjakan aktivitas jaringan, dan Macro Multiplier sebesar 0,70 akibat ketidakpastian ekonomi.