IKNPOS.ID – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi momok kesehatan di Indonesia. Setiap tahunnya, diprediksi terdapat 1.090.000 kasus TBC baru, dengan lebih dari 800 ribu kasus aktif yang terus bertambah.
Tak hanya itu, ribuan nyawa melayang akibat penyakit menular ini, padahal sebagian besar sebenarnya bisa dicegah dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat.
Indonesia kini tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi kedua di dunia, setelah India. Fakta ini tentu menjadi tantangan besar, apalagi mayoritas penderitanya berada di usia produktif (15–54 tahun), yang menyumbang hingga 67% kasus TBC nasional.
Kondisi tersebut bukan hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga menekan produktivitas ekonomi bangsa.
Komitmen Prabowo: TBC Jadi Prioritas Nasional
Presiden Prabowo Subianto, yang baru dilantik pada Oktober 2024, langsung menegaskan bahwa penanganan TBC menjadi prioritas nasional.
Bukan sekadar janji, program ini masuk dalam agenda “Quick Win” pemerintah tahun 2025 yang menekankan pada hasil cepat, terukur, dan berdampak luas bagi masyarakat.
Prabowo menyebut penanganan TBC bukan hanya masalah medis, melainkan juga investasi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang sehat, tangguh, dan siap bersaing menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Strategi Pemerintah: Holistik, Preventif, dan Inovatif
Program pemerintah dalam melawan TBC 2025 dirancang dengan pendekatan holistik berbasis pencegahan. Tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga mengedepankan edukasi, peningkatan kesadaran masyarakat, serta deteksi dini yang diperluas hingga ke pelosok negeri.
Beberapa langkah utama yang akan ditempuh antara lain:
Kolaborasi lintas sektor, melibatkan kementerian, lembaga, dunia usaha, hingga komunitas.
Pemanfaatan teknologi digital, seperti sistem pencatatan kasus berbasis aplikasi, telemedicine, dan pemantauan pasien secara real-time.
Pendekatan komunitas, dengan menggandeng kader kesehatan, relawan lokal, dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi dan mendampingi pasien.