Tanah itu dipagari rapat di arah depannya. Ada pos proyek di pintu masuknya. Proyeknya belum kelihatan dibangun tapi seperti sudah akan dimulai. Di situlah rencannya kediaman baru Pak Jokowi nanti.
Dua jam keliling kota Solo ”rapat” kami pun hampir selesai. Saya mampir resto Diamond. Tidak untuk makan. Sate dan tongseng di perut masih belum tercerna semua. Di situ kami melanjutkan ”rapat”. Sambil mengenang istri –suka tidur di hotel Diamond setiap kali ke Solo. Inilah hotel, resto, dan gedung pertemuan di Jalan Slamet Riyadi milik pribadi bos Sritex yang terkenal itu.
Rapat selesai. Kamar hotel sudah dibatalkan. Saya pun memutuskan balik ke Surabaya. Besok saya harus ke Jakarta. Lusa ke Medan.
Demo kelihatannya reda di hari Sabtu kemarin. Setidaknya lebih kecil dibanding sehari sebelumnya. Tapi bukan berarti rakyat sudah bisa menerima keadaan. Mereka sangat marah kepada wakil-wakil mereka di DPR –terkesan bergelimang uang di saat ekonomi sulit dan negara sedang kesulitan anggaran.
Demo itu memang sempat berbelok ke sasaran polisi –akibat Affan, pengendara ojek online, tewas tergilas mobil polisi di area demo. Affan bukan pendemo. Ia lagi mengantar makanan pesanan lewat aplikasinya.
Sepanjang hari kemarin tidak terbaca ada demo dengan sasaran polisi. Pendemo kembali ke sasaran wakil mereka –kali ini sasaran perseorangan. Mereka langsung mendemo rumah pribadi anggota DPR dari Nasdem. Ahmad Sahroni. Pintu rumah di Priok itu dijebol. Mobil Lexus dirusak. Rumah dua lantai itu dijarah.
Rasanya baru sekali ini terjadi: demo besar masa menyasar rumah pribadi politisi. Ini hanya bisa terjadi di zaman medsos seperti sekarang ini.
Masyarakat memang sudah memerlukan reformasi lagi. Yang lebih mendasar. Yakni reformasi sejati sebagai yang sebenarnya diinginkan di reformasi tempo hari –tapi keburu melenceng lagi.
Tentu tidak ada yang ingin reformasi lewat kerusuhan lagi. Tapi itu hanya terkabul mana kala beberapa lembaga tahu diri: langsung mereformasi diri sendiri tahun ini. (Dahlan Iskan)