“Masalah utamanya adalah jarak domisili guru dengan lokasi penempatan yang cukup jauh,” ujar Abdul Mu’ti.
Ia juga menambahkan bahwa laporan mengenai kasus ini sudah disampaikan langsung kepada Presiden. Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa meski ada beberapa alasan lain, dominasi kendala tetap pada soal jarak dan kesiapan adaptasi lingkungan.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti memastikan bahwa rekrutmen guru Sekolah Rakyat tahap berikutnya akan tetap berjalan. Pihaknya akan mengutamakan lulusan PPG agar kualitas pengajaran tetap terjaga di seluruh lokasi Sekolah Rakyat.
“Kami tetap fokus melanjutkan program ini. Pengganti guru yang mundur sudah disiapkan dan kegiatan belajar-mengajar tidak akan terganggu,” tegasnya.
Pendekatan Personal Jadi Strategi Pemerintah Hadapi Tantangan
Tidak hanya menyiapkan pengganti guru, pemerintah melalui Kemensos dan Kemendikdasmen juga akan melakukan pendekatan yang lebih personal terhadap para siswa.
Langkah ini penting agar para siswa bisa lebih nyaman di lingkungan asrama yang menjadi bagian dari konsep Sekolah Rakyat.
Diharapkan, dengan adanya fasilitas konseling dan bimbingan dari psikolog, rasa homesick dan adaptasi siswa akan lebih cepat teratasi.
Gus Ipul menyebut bahwa program ini memang menantang, namun manfaat jangka panjangnya sangat besar bagi keluarga miskin ekstrem.
“Kita sedang menanam pondasi. Hambatan di awal itu wajar, tapi tidak boleh menyurutkan semangat,” katanya optimistis.
Program Sekolah Rakyat: Solusi Pendidikan untuk Keluarga Miskin Ekstrem
Program Sekolah Rakyat merupakan inisiatif pemerintah untuk memberikan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
Model sekolah ini didesain dengan konsep asrama, sehingga siswa bisa fokus belajar tanpa terkendala masalah ekonomi keluarga.
Selain pendidikan formal, Sekolah Rakyat juga mengajarkan soft skills, pelatihan vokasi, hingga karakter building. Targetnya, lulusan Sekolah Rakyat bisa memiliki daya saing yang setara dengan siswa dari latar belakang ekonomi menengah ke atas.