Temasek dan Khazanah mengandalkan portofolio global. Tapi Danantara punya aset BUMN yang menguasai sektor vital: energi, tambang, logistik, dan infrastruktur.
Digitalisasi rantai pasok pertanian & perikanan oleh Danantara telah meningkatkan pendapatan petani & nelayan 3x lipat.
Model Bisnis Revolusioner (H-4)
Temasek berinvestasi di perusahaan mapan. Sementara Danantara membangun dari nol dengan:
- Mentorship startup & UMKM
- Akses teknologi & pasar global
- Pendidikan digital untuk talenta masa depan
- Green Energy & Digital Economy (H-4)
Khazanah masih bergantung pada sektor tradisional. Sedangkan Danantara menguasai energi terbarukan, AI dan fintech.
Strategi Revolusioner Danantara (H-2)
Proyeksi optimis Danantara tidak lahir dari ruang hampa. Melainkan didasari rekam jejak yang solid dan strategi pertumbuhan yang luar biasa dalam menciptakan dampak ekonomi positif.
Berbeda dengan pendekatan lembaga investasi konvensional yang hanya berfokus pada saham atau obligasi.
Danantara dikenal karena pendekatan ekosistem yang holistik dan inklusif. Tidak hanya berperan sebagai penyedia modal murni. Tapi juga bertindak sebagai katalisator pertumbuhan.
“Salah satu keunggulan Temasek dan Khazanah adalah skala dan kedalaman portofolio mereka. Sementara Danantara, fokusnya adalah segmen ekonomi baru dan ekonomi digital. Ini punya potensi pertumbuhan yang eksponensial,” urai Bramantyo.
Danantara memiliki kemampuan masuk ke pasar yang belum tergarap. Kemudian menciptakan nilai. Bramantyo menyebut hal ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan entitas yang lebih besar dan cenderung konservatif.
Salah satu contoh dari keberhasilan pendekatan Danantara yaitu digitalisasi rantai pasok pertanian dan perikanan. Inisiatif ini telah mentransformasi sektor-sektor tersebut. Dari hulu ke hilir.
Proyek-proyek ini tak hanya meningkatkan efisiensi operasional secara dramatis. Tetapi juga berhasil memberikan pendapatan lebih baik. Lebih stabil. Khususnya bagi ribuan petani dan nelayan di berbagai daerah.