IKNPOS.ID – Kasus meninggalnya Raya, bocah 4 tahun di Sukabumi akibat infeksi cacing yang parah, menggugah keprihatinan publik.
Kisah tragis ini juga menimbulkan pertanyaan krusial: bagaimana infeksi cacing yang biasanya terjadi di usus bisa menyebar hingga ke organ vital seperti paru-paru dan otak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim Disway.id menghubungi Dr. Robiatul Adawiyah, M.Biomed, Sp.ParK(K), seorang ahli parasitologi.
Menurutnya, kondisi yang dialami Raya sangat jarang terjadi, tetapi bukan mustahil, terutama pada kasus infeksi cacing yang sangat parah.
Cacingan yang Menyerang Otak: Sebuah Komplikasi Langka
Dr. Robiatul menjelaskan bahwa cacingan yang paling umum pada anak-anak adalah ascariasis, yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides).
Siklus hidup cacing ini biasanya terbatas di saluran pencernaan. Namun, dalam kondisi tertentu, cacing bisa bermigrasi.
”Pada kasus infeksi masif, di mana jumlah cacing sangat banyak, mereka bisa menyumbat usus. Saat itulah mereka mulai mencari jalan keluar, baik naik ke lambung dan keluar melalui mulut atau hidung, maupun mencoba menembus dinding usus,” ujar Dr. Robiatul saat dihubungi Disway.id, Kamis 21 Agustus 2025.
Selain itu, larva cacing juga memiliki siklus migrasi yang dikenal sebagai siklus Loeffler. Larva yang menetas di usus akan masuk ke aliran darah, kemudian menuju paru-paru.
Di sana, mereka berkembang, naik ke tenggorokan, dan ditelan kembali untuk kembali ke usus.
“Jika jumlah larva sangat banyak, mereka bisa saja tersesat ke organ lain, termasuk otak. Ini adalah komplikasi langka yang sangat berbahaya,” tuturnya.
Gejala dan Bahaya Komplikasi
Penyebaran cacing ke organ lain dapat memicu berbagai gejala serius. Jika cacing sampai ke paru-paru, pasien akan mengalami batuk-batuk, sesak napas, dan bahkan pneumonia. Namun, jika sudah sampai di otak, risikonya jauh lebih fatal.
”Infeksi cacing di otak dapat menyebabkan neurocysticercosis atau echinococcosis, tergantung jenis cacingnya. Gejalanya bisa berupa sakit kepala hebat, kejang, gangguan penglihatan, hingga penurunan kesadaran dan kelumpuhan,” jelas Dr. Robiatul.