Langkah agresif Meta ini datang seiring meningkatnya investasi perusahaan di bidang kecerdasan buatan. CEO Meta, Mark Zuckerberg, turut mengumumkan bahwa perusahaannya bakal menggelontorkan “ratusan miliar dolar” untuk memperkuat infrastruktur AI, termasuk peluncuran superkluster AI pertama Meta tahun depan.
Fenomena membanjirnya konten massal berbasis AI tak hanya menjadi masalah Meta. Platform lain pun kini berlomba-lomba memperketat pengawasan. YouTube, misalnya, baru saja memperbarui kebijakannya guna mengekang konten tidak orisinal dan repetitif.
Perubahan ini sempat membuat bingung banyak pengguna yang mengira YouTube akan melarang penggunaan AI secara menyeluruh. Namun, pihak YouTube segera memberi klarifikasi.
“Kami menyambut kreator yang menggunakan perangkat AI untuk meningkatkan penceritaan mereka, dan kanal yang menggunakan AI dalam konten mereka tetap memenuhi syarat untuk dimonetisasi,” tegas juru bicara YouTube melalui blog resmi perusahaan.
Adapun kebijakan baru YouTube tersebut mulai diberlakukan secara global pada hari Selasa 16 Juli 2025. *