IKNPOS.ID – Kabar terbaru dari Pi Network bikin heboh! Platform ini sukses dorong ribuan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI), bahkan mendekati angka 10.000.
Tapi, ada satu hal yang bikin komunitas kecewa, karena kini Pi Network kembali jadi sorotan.
Ekosistem blockchain yang dikenal dengan pendekatan inovatifnya ini telah mencatat lebih dari 9.120 aplikasi AI yang dikembangkan melalui Pi App Studio, sebuah platform revolusioner yang memungkinkan siapa pun membuat aplikasi tanpa harus jago coding.
Tak cuma itu, 30 aplikasi telah aktif berjalan di jaringan utama (mainnet), membuktikan bahwa Pi Network bukan sekadar proyek hype, tapi punya potensi nyata di dunia kripto.
Pi App Studio: Bangun Aplikasi AI Tanpa Ngoding
Dirilis bertepatan dengan event Pi2Day, Pi App Studio langsung menyita perhatian karena konsepnya yang tanpa kode (no-code platform).
Pengguna, atau yang dikenal sebagai Pioneers, cukup menjelaskan ide mereka dalam bahasa sehari-hari dan voila, Aplikasi AI bisa langsung dibuat.
Platform ini membuka jalan bagi siapa pun untuk jadi kreator digital, tanpa perlu latar belakang IT. Sebuah langkah besar dalam misi demokratisasi teknologi blockchain dan kecerdasan buatan.
Pi Network: Menuju 10.000 Aplikasi, Tapi Perlu Seleksi Kualitas
Di tengah euforia, muncul kabar yang bikin kecewa. Akun X (dulu Twitter) milik Dr Altcoin mengungkap bahwa App Studio sudah mencapai kapasitas maksimal dengan 8.430 aplikasi yang diterima.
Hal ini membuat banyak pionir yang belum sempat submit merasa kecewa. Mengingat komunitas Pi yang kini sudah menembus 4 juta pengikut, pembatasan ini jadi tanda tanya besar: Apakah semua aplikasi yang diajukan benar-benar bermanfaat? Atau hanya sebatas eksperimen yang tak berlanjut?
Meski menghadapi kendala teknis, Pi Network tetap optimistis. Dengan pendekatan yang inklusif dan teknologi yang terus dikembangkan, platform ini bisa menjadi salah satu kekuatan besar di dunia blockchain dan AI.
Namun, agar tetap relevan dan bermanfaat, kurasi aplikasi dan dukungan komunitas akan jadi faktor penting. Sebab, jumlah saja tidak cukup, yang dibutuhkan adalah kualitas dan dampak nyata bagi ekosistem.