IKNPOS.ID – Musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membawa kabar yang memprihatinkan. Dinas Kesehatan DIY mencatat lonjakan kasus leptospirosis, dengan 18 warga dinyatakan positif terinfeksi dan lima di antaranya meninggal dunia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya dan menuntut kewaspadaan ekstra dari masyarakat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sekaligus Pengelola Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan DIY, Lana, menyampaikan bahwa kasus leptospirosis menyebar di beberapa kabupaten dan kota. Mayoritas pasien diketahui memiliki riwayat kontak dengan lingkungan yang tercemar air atau tanah tergenang.
“Kami sedang menyusun surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap leptospirosis. Saat ini sedang dalam proses penandatanganan,” kata Lana dalam keterangan resmi, Senin, 7 Juli 2025. Ia menegaskan bahwa penyakit ini berpotensi fatal bila tidak segera ditangani secara medis.
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini biasanya terdapat dalam urine hewan pengerat, khususnya tikus. Penyebaran terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi, terutama ketika memasuki tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir (mata, hidung, atau mulut), atau saat air tercemar tertelan.
Beberapa kelompok masyarakat memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular leptospirosis, di antaranya:
1. Petani dan pekerja lapangan di sektor pertanian
2. Petugas kebersihan dan pengangkut sampah
3. Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di wilayah rawan banjir dan genangan
4. Anak-anak yang bermain di area air kotor
5. Individu dengan luka terbuka yang kontak dengan air tercemar
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala leptospirosis pada tahap awal sering menyerupai flu, sehingga kerap luput dari perhatian. Gejala umumnya meliputi:
Demam tinggi mendadak
Sakit kepala berat
Nyeri otot, khususnya di betis
Mual dan muntah
Mata merah
Kulit dan mata menguning (tanda gangguan hati)