IKNPOS.ID – Di balik euforia para pioneer yang menambang Pi Coin sejak 2019, muncul fakta mengejutkan yang mengundang banyak pertanyaan besar.
Berdasarkan laporan rich list terbaru per Juni 2025, terungkap bahwa 100 alamat wallet terbesar di jaringan Pi Network menguasai 96,37% dari total suplai Pi Coin (PI).
Angka ini sontak membuat publik bertanya-tanya: Apakah Pi Network benar-benar adil dan terdesentralisasi seperti klaim awalnya? Ataukah ini justru permainan segelintir elit digital yang mengontrol jaringan dari balik layar?
Distribusi Pi Coin Tidak Merata: Alarm Bahaya untuk Ekosistem?
Pi Network sejak awal mengusung visi sebagai “kripto rakyat”, bisa ditambang hanya dengan smartphone, tanpa perlu alat mahal seperti pada Bitcoin atau Ethereum. Namun realita di balik data blockchain saat ini jauh dari cita-cita tersebut.
96,37% koin PI hanya dimiliki oleh 100 alamat wallet, sedangkan jutaan pioneer lainnya harus puas berbagi kurang dari 4% sisanya.
Dalam dunia kripto, ini disebut konsentrasi aset yang ekstrem. Artinya, pasar menjadi sangat rentan terhadap manipulasi harga, tekanan jual mendadak, dan ketidakstabilan jangka panjang.
Di sisi lain, prinsip kripto seharusnya adalah desentralisasi dan keadilan distribusi sesuatu yang tampaknya kini semakin kabur di Pi Network.
Siapa Saja 100 Wallet Besar Itu?
Hingga artikel ini ditulis, Tim Inti Pi Network belum merilis klasifikasi resmi siapa saja pemilik wallet terbesar ini. Namun, beberapa dugaan mengarah pada:
Wallet internal milik developer,
Alamat untuk ekosistem (seperti dompet pertukaran atau program reward),
Dompet investor awal dan pengguna pre-mining,
Sisa dari proses airdrop atau token yang belum dimigrasikan.
Salah satu alamat yang paling mencolok adalah “burn address” atau dompet pembakaran (alamat 0x000…dEaD), yang menyimpan lebih dari 17,47 miliar PI sekitar 17,5% dari total suplai.
Namun di luar burn address, puluhan wallet lainnya masih misterius. Anonimitas ini menambah kekhawatiran komunitas, jika pemilik wallet besar menjual PI mereka secara serempak, harga bisa ambruk dalam hitungan jam.