IKNPOS.ID – Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II diprediksi akan ramai seiring adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim). Wilayah ini berhadapan langsung dengan Selat Makassar.
Prediksi akan ramaikan ALKI II imbas keberadaan IKN disamapaikan Badan Riset Daerah Provinsi Kalimantan Timur (Brida Kaltim).
“Ada beberapa riset yang kami lakukan tentang pembangunan ekonomi dan terkait IKN, termasuk riset pada 2024 tentang ALKI II. Ini merupakan isu global, jadi sangat menarik, karena IKN ada di jalur ALKI II,” kata Periset Brida Kaltim, Putwahyu Budiman, Senin, 7 Juli 2025.
Diketahui, Indonesia memiliki tiga ALKI. Daerah lintasan ALKI I adalah Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samudra Hindia. Lintasan ALKI II meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, Selat Lombok.
Sedangkan lintasan perairan di ALKI III meliputi Samudra Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, Laut Sawu, dan Samudra Hindia.
Putwahyu menjelaskan, selama ini jalur yang sering digunakan perdagangan adalah Selat Malaka dan ALKI I.
Sehingga diprediksi jalur ini akan penuh, ditambah dengan Selat Malaka yang terus mengalami pendangkalan, sehingga ke depan beralih ke jalur ALKI II dan menjadi jalur pelayaran penting dunia.
Menurutnya, saat ini peran Provinsi Kaltim di ALKI II, terutama di Selat Makassar, memang ramai untuk kegiatan bongkar muat batu bara dari ponton ke kapal besar.
Namun ke depan, diyakini bukan hanya batu bara, tapi berbagai material dan komoditas penting karena adanya ibu kota negara di kawasan Kaltim.
Sedangkan untuk komoditas penting dari Kaltim di luar batu bara, yang diekspor ke sejumlah negara baik China, Malaysia, Singapura, dan lainnya, dibawa dulu ke Surabaya, baru kemudian balik lagi ke Selat Makassar atau ALKI II.
Denan demikian, sehingga biaya operasional lebih besar yang tentunya harga juga meningkat.
“Padahal perairan Kaltim lebih dekat ke China dan Filipina, terlebih Malaysia dan Singapura. Harusnya kita tidak perlu berputar-putar dalam ekspor. Tapi memang masalahnya kita belum punya pelabuhan berstandar ekspor seperti di Surabaya, sehingga dengan adanya IKN, kebutuhan pelabuhan berstandar internasional ini akan terwujud,” kata Putwahyu.