IKNPOS.ID – Pi Coin kembali melemah meskipun pasar kripto sedang mengalami lonjakan besar. Bitcoin pecah rekor baru di $118.000 dan Ethereum menembus $3.000, Pi justru terpuruk ke harga $0,465, mendekati titik terendah sepanjang masanya di $0,400.
Bahkan momen Pi2Day yang seharusnya menjadi pemicu semangat baru gagal membalikkan tren. Pi coin mengalami penurunan 26% dalam dua minggu terakhir.
Indikator teknikal menunjukkan bahwa Pi Coin semakin melemah. Saat ini, koin ini punya korelasi negatif sebesar -0,27 terhadap Bitcoin, artinya harganya cenderung turun saat Bitcoin naik – kebalikan dari kebanyakan altcoin lainnya.
Pi Coin masih bergerak dalam tren turun yang kuat, dengan harga yang terus dibatasi oleh garis resistensi atas dari kanal menurun. Setiap kali harga mencoba naik, selalu gagal menembus batas ini.
Volume perdagangan juga terus menurun, yang menunjukkan semakin sedikit pembeli yang tertarik. Namun, indikator RSI (Relative Strength Index) saat ini berada di 55,46 – angka netral yang memberi sedikit harapan bahwa tekanan jual bisa mereda.
Jika Pi Coin mampu menembus batas atas kanal ini secara meyakinkan, maka ada potensi harga bisa melonjak kembali dan menargetkan level-level penting seperti $0,98, $1,38, hingga $1,67.
Sementara Itu, Token Lain Mulai Menarik Perhatian Investor
Di tengah tren negatif Pi Coin, proyek lain seperti Dompet Terbaik mulai mencuri perhatian. Dompet ini sudah mendukung Bitcoin dan jaringan multi-rantai, serta menawarkan berbagai manfaat seperti:
- Potongan biaya transaksi
- Akses eksklusif ke pra-penjualan dan airdrop
- Fitur staking dengan hadiah
- Kemampuan menghasilkan pendapatan lewat misi dan fitur GameFi
- Keamanan tinggi, integrasi fiat, dan rencana peluncuran kartu debit kripto
Salah satu fitur unggulannya adalah “Token Mendatang”, yang memungkinkan pengguna menemukan proyek-proyek baru sebelum dirilis ke publik.
Dengan ekosistem yang semakin matang, token $BEST dari Dompet Terbaik disebut-sebut sebagai salah satu peluang pra-penjualan paling menarik saat ini.
Terverifikasi Dewan Pers