IKNPOS.ID – Pasar kripto kembali dikejutkan oleh kabar kurang sedap dari Pi Coin. Aset digital yang sempat digadang-gadang sebagai “Bitcoin baru” ini kini makin terpuruk.
Harga Pi Coin saat ini melayang di kisaran $0,45, hanya 11 persen dari level terendah sepanjang masa di $0,40. Banyak investor mulai panik dan menjual dalam kondisi rugi demi menyelamatkan modal.
Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa harga Pi Coin terus melemah meski komunitasnya besar? Yuk, kita bahas tuntas secara teknikal dan fundamental!
Tekanan Bearish Makin Kuat: RSI & Ichimoku Kompak Mengirim Sinyal Bahaya
Secara analisis teknikal, hampir semua indikator menunjukkan tanda-tanda penurunan lanjutan:
Relative Strength Index (RSI) berada jauh di bawah level netral 50, tepatnya di zona bearish. Artinya, tekanan jual masih dominan dan belum ada tanda-tanda pembalikan arah.
Ichimoku Cloud menunjukkan harga Pi Coin berada jauh di bawah awan, sinyal klasik tren turun berkelanjutan.
Chaikin Money Flow (CMF) jatuh ke level negatif yang sangat dalam, mengindikasikan arus dana keluar lebih besar dari masuk. Investor sudah mulai “angkat kaki” dari Pi Coin.
Investor Mulai Jual Rugi: “Daripada Amblas, Mending Cut Loss”
Menurut laporan dari BeInCrypto, banyak investor mulai menjual Pi Coin meski dalam kondisi rugi. Salah satu investor asal Vietnam, Minh Hoang, mengaku membeli Pi Coin senilai $5.000 saat harganya $0,60. Kini nilainya tinggal sekitar $3.700.
“Saya kira ini titik murah, karena sebelumnya sempat naik ke $1,60. Tapi ternyata malah makin turun. Akhirnya saya cut loss,” ujar Minh.
Hal serupa dialami oleh investor lain, Van Thanh, yang harus menjual asetnya di $0,60 untuk membayar utang, padahal sebelumnya beli di harga $1,20.
Data Mengerikan: Supply Naik Tajam, Harga Tertekan
Mengutip data dari Binance dan komunitas Pi Network:
Total suplai Pi Coin: 100 miliar token
Suplai beredar per Juli 2025: 7,7 miliar token (naik tajam dari 6,9 miliar di Mei)
Penurunan harga dalam 30 hari terakhir: -25%
Penurunan harga dalam 60 hari terakhir: -49%
Ini menunjukkan bahwa tambahan suplai dari proses migrasi dan “staking” yang belum jelas justru menambah tekanan jual, bukan mendorong adopsi.