Bonita satu ini bukan sembarang psikolog. Dia psikolog yang juga musikus. Sasa ingin menggabungkan psikologi dengan musik. Pasien Sasa banyak anak muda dan remaja. Persoalan kejiwaan remaja banyak bisa diselesaikan lewat musik.
“Anak autis bisa sembuh dengan musik,” ujar Sasa. Anak autis itu pikirannya sulit fokus. Musik punya irama, nada berulang dan frekuensi. Musik bisa membuat pikiran mereka fokus. Demikian juga orang stroke. “Tinggal atur frekuensinya di berapa hz,” ujar Sasa.
Sasa pemain piano dan biola. Sampai pun jadi guru piano. Kemampuan musiknyi didapat dari sekolah. Termasuk di London. Sertifikatnyi: Dip. ABRSM in piano performance London. Anda sudah tahu ABRSM –Associated Board of the Royal Schools of Music.
Sasa jadi ahli musik berkat ibunyi. Sang ibu yang terus mendorong Sasa kursus musik. Seperti teman-teman sekolahnyi. Sasa adalah muslimah yang sekolah di sekolah Katolik. Di Santa Clara, Ngagel, Surabaya.
Ada lima Bonita di rombongan ini. Salah satunya keluarga pemilik Grup Dharma Lautan –pemilik kapal-kapal penyeberangan ternama.
Lalu ada yang satu ini: Tik-toker terkemuka Surabaya. Namanya Anda sudah tahu: Andy Sugar. Tionghoa. Sugar, Bonek kelas berat. Di Perth ini pun Sugar bertingkah seperti di stadion Gelora Bung Tomo. Yang ia bikin ger-geran: Sugar –sttt… nama aslinya Sugiarto– terus mencari lumpia GBT di stadion Perth. Di GBT lumpia memang makanan favorit.
—
Dengan rombongan Bonek-Bonita ini live tadi malam Persebaya serasa bertanding di home. Memang bukan home di GBT tapi serasa di Karanggayam.
Saya tahu: di Jepang juga ada Bonek sejati. Pun di Hong Kong. Dan kemarin di Perth. Agata, Presiden Indonesian Chamber and Commerce Western Australia, jadi MC di tengah lapangan. Dia wanita. Dia juga sudah bisa seperti bule Terry: meneriakkan slogan.
“Salam Satu Nyali!”
Dari tribun pun para Bonek-Bonita menyahut: “Wani!” (Dahlan Iskan)