Sistem Asrama
Anak-anak tinggal di sekolah dalam sistem boarding (asrama penuh), mendapatkan makan 3 kali sehari, pakaian, tempat tidur, dan kebutuhan harian lainnya tanpa biaya. Semua difasilitasi oleh negara.
Kurikulum Fleksibel dan Berbasis Kehidupan
Kurikulum tetap mengacu pada kurikulum nasional, tetapi dikemas dengan pendekatan yang lebih aplikatif dan bermakna.
Anak-anak belajar melalui praktik, diskusi, kegiatan seni, hingga aktivitas sosial yang mengembangkan empati dan kerja tim.
Perbedaan Sekolah Rakyat dan Sekolah Umum
Aspek | Sekolah Rakyat | Sekolah Umum |
---|---|---|
Sasaran Siswa | Anak dari keluarga miskin ekstrem | Semua kalangan |
Sistem Penerimaan | Berdasarkan data Kemensos & Bappenas | Pendaftaran mandiri |
Sistem Belajar | Asrama penuh, 24 jam | Harian (pulang pergi) |
Pendekatan Kurikulum | Sesuai potensi anak, fleksibel | Seragam, satu kurikulum nasional |
Biaya | Gratis 100% | Bisa ada biaya tambahan |
Kebutuhan Harian | Ditanggung pemerintah | Tanggung jawab orangtua |
Sumber Guru | Guru lokal dari daerah setempat | Umumnya ditentukan pusat |
Sekolah Rakyat tahap pertama dibuka di 100 titik, terutama di daerah-daerah dengan indeks kemiskinan tertinggi di Indonesia, seperti:
Papua
Nusa Tenggara Timur (NTT)
Maluku
Kalimantan Barat
Jawa Tengah bagian selatan
dan beberapa wilayah 3T lainnya
Kementerian Sosial bekerja sama dengan Kemendikbudristek, Kementerian Desa, dan Bappenas untuk pengelolaan dan pengawasan program ini.
Mengapa Sekolah Rakyat Penting?
Selama bertahun-tahun, banyak anak Indonesia terpaksa putus sekolah karena alasan ekonomi. Meskipun program bantuan seperti KIP sudah berjalan, masih ada kelompok yang luput dari akses pendidikan.
Sekolah Rakyat hadir sebagai solusi langsung dari negara bagi anak-anak yang bahkan tidak bisa memikirkan biaya daftar sekolah.
“Ini bukan sekadar program pendidikan, tapi juga upaya membangun masa depan generasi penerus bangsa dari akar,” ujar Menko PMK Muhadjir Effendy dalam konferensi pers peluncuran.