IKNPOS.ID – Game penghasil saldo DANA gratis kini tengah menjadi sorotan publik, terutama di kalangan generasi muda yang aktif menjelajahi dunia digital.
Narasi menggiurkan semacam “Main Game Bisa Dapat Saldo DANA Rp500 Ribu!” kini membanjiri beranda TikTok, Instagram Reels, hingga YouTube Shorts.
Seolah menjadi angin segar di tengah tantangan ekonomi, tawaran saldo gratis lewat bermain game terdengar seperti mimpi yang menjadi nyata. Tapi benarkah demikian?
Fenomena ini dengan cepat menyulut rasa penasaran warganet. Banyak yang tergoda mencobanya, berharap bisa meraih keuntungan tanpa modal, hanya bermodalkan ponsel dan koneksi internet.
Dalam sekejap, game penghasil saldo DANA menjadi tren baru yang mewarnai gaya hidup digital masa kini. Namun, di balik janji manis yang viral, terselip pula risiko yang tak bisa diabaikan.
Gaya Baru Menghasilkan Uang Lewat Game
Berbeda dari konsep e-sports atau live streaming yang sudah lebih dulu populer, game-game seperti Hago, Island King, Lucky Popstar, Merge GEMS, hingga Mager mengusung model yang lebih kasual.
Pengguna cukup menyelesaikan misi sederhana, mengundang teman, atau sekadar bermain rutin untuk memperoleh poin yang bisa ditukarkan dengan saldo e-wallet.
Salah satu daya tarik utama dari game ini adalah kemudahan konversi poin menjadi saldo DANA gratis tanpa deposit.
Banyak pengguna mengklaim telah menerima saldo mulai dari Rp10 ribu hingga puluhan ribu hanya dalam beberapa hari.
Namun, untuk mencapai angka Rp500 ribu, tidak sedikit yang harus menempuh jalan panjang, mulai dari undang 20 teman, tonton iklan berjam-jam, hingga mengikuti berbagai challenge harian.
Antara Janji Cuan dan Ancaman Keamanan Digital
Tak semua aplikasi game penghasil saldo DANA benar-benar menepati janjinya. Beberapa justru menyimpan potensi bahaya.
Di antaranya menyisipkan iklan berlebihan, meminta akses data pribadi yang sensitif, atau bahkan mewajibkan pendaftaran dengan KTP dan OTP.
Lebih parah lagi, ada aplikasi yang diduga menjalankan skema penipuan berkedok game. Mulai dari permintaan top-up, biaya admin fiktif, hingga link phishing yang bisa menguras saldo e-wallet pengguna.