“Saya ingin bertemu Umar Patek”.
“Temui saja. Itu ia sedang di panggung”.
“Tidak berani. Tolong antarkan saya”.
Ok. Saya tarik tangan Khusnul Chotimah. Saya ajak dia naik ke panggung. Umar Patek sedang dikerumuni wartawan. Saya tarik lengan Umar dari kerumunan wawancara. Ini lebih penting.
Khusnul Khotimah adalah korban bom Bali. Badannyi penuh bekas luka bakar. Pun tangani yang saya tarik ke atas panggung itu.
“Ini bu Khusnul Khotimah. Korban bom Bali. Tolong dengarkan kata-katanyi,” ujar saya kepada Umar.
Khusnul pun nerocos. Intinya dia menggugat nasib baik Umar yang meski teroris dapat perhatian begitu istimewa. Sedang dirinyi, yang 90 persen luka bakar tetap hidup susah. Dia juga ditolak bekerja di mana-mana karena tampilan fisiknyi yang penuh cacat.
Malam itu, Selasa lalu, 3 Mei 2025, Umar Patek memang berubah seperti pahlawan. Yakni pahlawan perubahan keyakinan dari ekstrem ke moderat. Dari benci ke agama selain Islam menjadi kerja sama dengan drg David Andreasmito yang Kristen.
Saya perhatikan ekspresi wajah Umar saat didamprat Khusnul Khotimah. Umar tidak menjawab satu kalimat pun. Ia mendengarkan dengan sungguh-sungguh kata-kata Khusnul Khotimah.
Ia sesekali menunduk. Sedih. Setengah pilu. Matanya berkaca. Kerumunan wartawan memperhatikan adegan yang terjadi –termasuk satu wartawan bule dari Selandia Baru yang sangat muda dan jangkung. Juga wartawati Jepang berambut panjang.
Tak lama kemudian drg David naik panggung. Ia mengakhiri curhat itu dengan permintaan agar para korban bom Bali juga bersatu untuk mendapat perhatian.
Saya memuji sikap Umar yang mampu menahan emosi dengan cara hanya diam memperhatikan apa yang diucapkan Khusnul Khotimah.
Wanita asal Sidoarjo ini sudah beberapa kali hadir di Hedon Estate milik drg David. Di situ memang sering diadakan acara deradikalisasi ekstremis.
“Antarkan saya bertemu Pak Marthinus Hukom,” bisik Khusnul meraih telinga saya.
“Itu beliau ada di sana. Temui saja,” jawab saya.
“Tidak berani,” katanyi.
“Ayo, ikut saya.”
Pak Marthinus bangkit dari sofa. Ia hentikan pembicaraan dengan tamu-tamu VIP. Ia rangkul Khusnul Khotimah. Ia dengarkan curhat itu. Puas. Khusnul sudah berhasil menyampaikan uneg-unegnyi.