Trump sangat tidak jelas dengan sikapnya –tapi itulah sebenar-benar Trump. Bayangkan, ia tidak memberikan rincian bagaimana cara mereka mengungsi. Ke mana. Kapan. Benar-benar seruan itu mirip sebuah teror massal.
Pakistan, tetangga timur Iran sudah menutup diri. Lima jalan tembus ke Pakistan sudah ditutup. Tapi dari Teheran ke Pakistan juga jauh. Sangat kecil kemungkinan mau mengungsi ke Pakistan.
Tetangga utaranya, Afghanistan begitu miskin. Tetangga lainnya, Suriah juga masih kacau. Serba tidak jelas. Orang Teheran harus mengungsi ke mana. Padahal penduduk Teheran lebih 15 juta orang.
Kalau sampai terjadi kepanikan di sana bisa-bisa akan muncul tragedi kemanusiaan yang dahsyat. Mungkin akan mirip dengan tragedi pengungsian masal pertengahan tahun 1960-an: dalam satu minggu jutaan penduduk Islam lari dari India ke Pakistan dan jutaan penduduk Hindu lari dari Pakistan ke India. Ini salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah. Jutaan orang meninggal dunia. Kita sendiri ketika itu sedang mengalami tragedi Gestapu/PKI.
Bisa jadi omong besar Trump itu sebenarnya hanya untuk tujuan intelijen: agar masyarakat Teheran marah kepada pemerintahnya sendiri. Lalu mereka memberikan tekanan ke pemerintah. Yakni agar Iran mengikuti saja apa yang dikehendaki Trump.
Terlanjur punya nuklir ternyata penting –dan kita ingin tahu apakah Iran sudah telanjur punya atau belum.
Dari jauh kita merasa begitu pilu. Dunia ternyata masih jauh dari damai. Sayang polisi dunia baru ada satu –itu pun Amerika Serikat. (Dahlan Iskan)