IKNPOS.ID – Pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) Indonesia mengalami pertumbuhan dengan total penjualan EV melonjak sebesar 43,4 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2025.
Pertumbuhan itu termasuk untuk jenis BEV, PHEV (plug-in hybrid electric vehicle), dan hybrid.
Data yang diberikan dalam laporan “Electric Vehicle Sales Review Q1 – 202” dari firma akuntansi PwC, Selasa, mencatat sebanyak 27.616 unit EV terjual di Indonesia pada kuartal pertama 2025, naik dari 19.260 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan ini didorong oleh peningkatan penjualan BEV sebesar 152,5 persen dan kenaikan luar biasa sebesar 44,8 persen pada penjualan PHEV.
“Pangsa EV dari total penjualan kendaraan penumpang di Indonesia meningkat dari 9 persen pada 2023 menjadi 15 persen pada 2024 dan diproyeksikan mencapai 29 persen pada 2030,” ujar PwC Indonesia Industry and Services Leader & Partner, Lukmanul Arsyad, Selasa, 17 Juni 2025.
Menurut laporan tersebut, momentum ini didukung oleh berbagai inisiatif pemerintah, termasuk pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) sebesar 100 persen untuk impor dan penjualan EV sepanjang tahun 2025, serta perpanjangan pembebasan PPN.
Indonesia juga memanfaatkan posisinya sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia untuk membangun rantai pasok EV yang terintegrasi.
Pemerintah menargetkan menjadi produsen baterai listrik terbesar ketiga di dunia pada 2027 dan memproduksi 600.000 unit EV secara domestik pada 2030, dengan target 2 juta unit BEV beroperasi di jalan pada tahun tersebut.
Meski mengalami pertumbuhan, laporan tersebut mengungkap, pasar otomotif secara umum di Indonesia menghadapi tantangan.
Kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen pada Januari 2025 menyebabkan harga kendaraan meningkat, yang berdampak pada perilaku pembelian konsumen. Ditambah dengan suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi, hal ini menciptakan kondisi pasar yang lebih hati-hati.
Sementara segmen EV berkembang pesat, pasar otomotif secara keseluruhan di Indonesia mengalami tekanan, dengan penurunan penjualan kendaraan ringan selama dua tahun terakhir akibat ketidakpastian ekonomi, biaya pembiayaan yang tinggi, dan pergeseran preferensi konsumen ke arah opsi yang lebih terjangkau atau berkelanjutan.