IKNPOS.ID – Dunia kripto menyajikan banyak pilihan aset digital, namun tidak semua memiliki nilai yang sama. Salah satu pertanyaan paling umum di kalangan pemula adalah: Mengapa Bitcoin bisa begitu mahal, sementara PiCoin masih sangat murah, bahkan belum jelas harganya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami sejumlah faktor mendasar yang memengaruhi nilai suatu aset kripto: mulai dari reputasi, jaringan, teknologi, hingga permintaan pasar.
1. Usia dan Reputasi: Bitcoin Lebih Matang
Bitcoin (BTC) diluncurkan pada tahun 2009 oleh sosok misterius bernama Satoshi Nakamoto. Dalam 16 tahun terakhir, Bitcoin telah membuktikan diri sebagai kripto pertama yang sukses dan bertahan dalam berbagai ujian: mulai dari regulasi, serangan hacker, hingga siklus pasar yang fluktuatif.
Sebaliknya, PiCoin (PI), yang merupakan token dari proyek Pi Network, baru diperkenalkan pada 2019 dan masih dalam tahap pengembangan. Artinya, PiCoin belum teruji secara historis dan belum memiliki reputasi global yang setara dengan Bitcoin.
2. Desentralisasi dan Keamanan Jaringan
Bitcoin memiliki jaringan yang benar-benar terdesentralisasi, dijaga oleh jutaan penambang (miners) dan ribuan node di seluruh dunia. Siapa pun bisa menjadi bagian dari sistem ini, dan data transaksi dicatat di blockchain yang tidak dapat dimanipulasi. Itulah sebabnya Bitcoin dinilai sangat aman.
Sementara itu, PiCoin masih berada di Enclosed Mainnet, yang artinya hanya bisa digunakan dalam jaringan tertutup. Belum ada bursa resmi tempat PiCoin diperdagangkan secara bebas, dan jaringannya masih dikelola oleh tim inti tanpa keterlibatan luas dari komunitas validator independen. Ini membuat nilai dan kepercayaan terhadap PiCoin masih terbatas.
3. Supply dan Kelangkaan
Bitcoin memiliki jumlah maksimum yang sangat terbatas: hanya 21 juta BTC yang akan pernah ada. Saat ini, lebih dari 19 juta sudah ditambang, dan dengan sistem “halving” setiap 4 tahun, pasokannya akan semakin langka. Inilah yang membuat Bitcoin disebut sebagai “emas digital”.