IKNPOS.ID -Tiga aset kripto papan atas, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Dogecoin (DOGE), mengalami tekanan berat sepanjang pekan ini.
Alih-alih menembus level resistance dan melanjutkan reli, ketiganya justru gagal breakout dan kembali bergerak sideways.
Sejumlah analis menyebut kondisi ini sebagai sinyal bahwa pasar kripto sedang kehilangan tenaga dalam jangka pendek.
Tersangkut di Level Kritis
1. Bitcoin (BTC)
Harga Bitcoin sempat menyentuh kisaran US $106.000–108.000, namun gagal mempertahankan posisi tersebut. Saat ini, BTC kembali turun ke kisaran US $104.000–105.000.
Menurut laporan FinanceMagnates (18 Juni), penurunan ini disebabkan oleh tekanan makroekonomi dan aksi ambil untung (profit taking) setelah kenaikan sebelumnya.
2. Ethereum (ETH)
ETH menghadapi hal serupa. Koin terbesar kedua ini berkali-kali mencoba menembus zona US $2.700–2.800, namun selalu tertolak.
Harga Ethereum kini kembali stagnan di kisaran US $2.500–2.600, memperlihatkan kurangnya momentum beli yang kuat. Analis dari The Coin Republic menyebut bahwa volume perdagangan Ethereum turun drastis dalam beberapa hari terakhir.
3. Dogecoin (DOGE)
Meme coin paling terkenal ini juga bernasib sama. Setelah sempat menyentuh US $0,17, DOGE kini kembali turun ke kisaran US $0,16.
Bahkan menurut analis dari Bitcoinist, DOGE kemungkinan besar telah mengalami false breakout—yakni kondisi ketika harga sempat naik melewati resistensi tapi kemudian gagal bertahan dan kembali turun.
Hal ini memperbesar potensi penurunan lebih lanjut hingga 40–60% jika support tak mampu bertahan.
Penyebab Gagal Breakout
Sejumlah faktor global disebut menjadi pemicu gagalnya breakout aset-aset kripto utama:
1. Kebijakan Moneter The Fed
Federal Reserve Amerika Serikat memutuskan mempertahankan suku bunga tinggi di kisaran 4,25–4,50%. Hal ini menyebabkan investor cenderung menghindari aset berisiko seperti kripto, dan lebih memilih instrumen konservatif.
2. Ketegangan Geopolitik Timur Tengah
Ketegangan antara Iran dan Israel juga ikut memengaruhi sentimen pasar global. Situasi ini mendorong aksi “risk-off” di mana investor mengurangi eksposur terhadap aset volatil seperti kripto.