Dalam kondisi pasar yang cenderung sideways, tambahan pasokan sebesar ini bisa menekan harga lebih jauh, kecuali jika disertai dengan permintaan aktif dari pengguna.
Para analis memperkirakan, jika tidak ada katalis baru yang kuat, harga Pi bisa jatuh ke US$0,40 atau bahkan lebih rendah.
Masa Depan Pi Network: Antara Potensi dan Realita
Lalu, apakah masa depan Pi Network di tahun 2026 menjanjikan? Jawabannya bisa iya, asal beberapa syarat penting terpenuhi.
1. Listing di Bursa Besar
Salah satu faktor penentu adalah apakah Pi Network akan mendapatkan listing resmi di bursa-bursa besar seperti Binance, Coinbase, atau OKX. Tanpa listing terbuka, volume dan eksposur tetap terbatas.
2. Konsistensi Pengembangan Ekosistem
Keberhasilan platform no-code dan staking tidak cukup hanya sebagai fitur. Perlu dukungan komunitas developer aktif yang menciptakan dApps bermanfaat—seperti marketplace, sistem pembayaran, atau layanan terdesentralisasi lain yang relevan.
3. Dukungan Regulasi
Pi Network juga perlu memastikan bahwa sistemnya patuh terhadap regulasi, terutama dalam hal KYC (Know Your Customer) dan pelaporan transaksi, agar dapat diterima secara luas di berbagai yurisdiksi, termasuk Indonesia.
4. Peningkatan Adopsi Global
Seiring makin banyak mitra dan merchant menerima Pi sebagai alat tukar atau hadiah loyalitas, potensi adopsi akan meningkat. Namun jika tidak dibarengi penggunaan nyata, Pi bisa kembali terjebak sebagai aset “menganggur” di dompet pengguna.
Outlook 2026: Optimisme yang Perlu Diuji
Jika Pi Network berhasil menjawab tantangan-tantangan tersebut, maka tahun 2026 bisa menjadi tahun konsolidasi dan akselerasi. Dengan basis pengguna lebih dari 50 juta, dan sistem yang makin matang, Pi memiliki potensi untuk menjadi “digital currency for everyday people” seperti yang selalu digaungkan tim pengembangnya.
Namun, jika inovasi hanya berhenti di tataran fitur tanpa adopsi riil dan dampak ekonomi yang terasa, Pi berisiko kehilangan momentum yang sudah dibangun susah payah sepanjang 2025.