“Dari mana ni tahu lokasi pusat riset ini? Kan jauh sekali. Di pelosok sekali…”.
“Wo pernah antar tamu ke dekat situ,” jawabnya.
“Women sudah dekat?”
”Sudah dekat”.
Di depan sana ada pertigaan. Ia belok kanan. Kami memasuki jalan besar dan lapang. Dua jalur. Masing-masing dua lajur. Tertanam barisan pohon di pemisah jalan, di kanan dan di kiri jalan. Sepi. Rapi.
Saya baca di gerbangnya: kawasan industri.
Ups… Di tempat begini pelosok ada kawasan industri. Masih baru. Sepi. Belum banyak pabrik berdiri. Salah satu yang terlihat besar adalah pabrik dari Jerman: Kohler.
Setelah membelah kawasan industri itu, mobil belok kiri. Ke jalan baru. Lebarnya empat lajur.
Di kanan jalan baru inilah terlihat ada benda sebesar gerbong kereta api memanjang panjang sekali. Warnanya seperti warna alumunium. Mungkin sebenarnya lebih besar dari kereta api hanya saja terlihat agak kecil karena posisinya agak jauh dari jalan.
“Itu, yang panjang itu” katanya.
Saya pun memotret. Memvideo. Dari posisi agak jauh.
Benda itu adalah terowongan. Di atas tanah. Bukan terowongan bawah tanah. Panjangnya sekitar 2 km.
Terowongan itu kedap udara. Kalau ujung-ujungnya ditutup rapat dan udara di dalamnya disedot tidak ada udara di terowongan itu.
Berarti terowongan tersebut terbuat dari material yang amat kuat. Terutama kuat terhadap perbedaan yang atas tekanan udara.
Di dalam terowongan tanpa udara seperti itu kereta bisa melaju dengan kecepatan 1.000 km/jam. Apalagi roda keretanya tidak menempel di rel. Roda itu sedikit melayang di atas rel.
Saya memang tidak bisa masuk ke pusat riset itu. Tidak sempat urus izin. Setidaknya saya tahu di situlah riset besar ini dilakukan. Berarti benar adanya.
Di atas kantor pusatnya tertera huruf-huruf besar. Bunyinya: 高铁飞 试验基地.
Tidak lama saya di pusat riset kereta melayang itu. Lalu balik ke Datong. Kejar kereta balik ke Beijing.
Saya juga masih ingin melakukan riset yang lain: seperti apa rasanya mi terbuat dari kentang. Risetnya dua sekaligus: mi lebar yang disajikan dengan kuah dingin dan mi kenyal yang diberi sop panas. Hasilnya: tanpa uji forensik pun pasti enaknya. (Dahlan Iskan)