Sebelum itu mengibarkan bendera Amerika memerlukan ”perjuangan” tersendiri. Kombinasi warna, bintang dan garis-garis itu harus dijahit satu per satu.
Betapa rumitnya. Ibu Fatmawati pasti tidak bisa menjahit bendera Amerika dalam satu malam seperti saat menyiapkan bendera Merah Putih menjelang 17 Agustus 1945.
Memang desain bendera Amerika terlihat amat cantik dan menarik. Mungkin paling cantik sedunia. Bendera kita termasuk yang paling sederhana: hanya merah dan putih, sama ukuran.
Kesederhanaan itu baru saya sadari saat ikut kunjungan Presiden SBY ke Amerika, Meksiko, Peru, dan Brasil.
Saat di Peru seorang wartawan di sana bertanya kepada saya: Itu bendera negara Anda? Hanya seperti itu?
Tentu saya jelaskan sejarah sang saka dwiwarna. Yang juga sangat heroik. Tapi ia tetap nyeletuk: “Kenapa tidak diberi sesuatu di tengahnya?”
Rasanya sulit mengubah bendera. Pun bila alasannya untuk memperkuat negara kesatuan.
Misalnya dengan diberi gambar pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke di tengahnya. Pasti ada yang protes: kok ”pulau saya” tidak dimasukkan. Padahal dimasukkan. Hanya karena kecil tidak terlihat.
Bagaimana kalau di tengahnya diberi gambar Bung Karno? Atau diberi gambar Megawati dan Jokowi berangkulan? Pasti akan ribut.
Biarlah tetap Merah Putih –merah darahku, putih tulangku, kata penyanyi patriotik Gombloh.
Tentu si wartawan Peru tidak tahu kalau bendera Monaco juga hanya merah dan putih. Bahkan Polandia hanya membalik posisi merah putihnya bendera Indonesia.
Pengakuan bahwa bendera Amerika itu indah nan cantik diberikan juga oleh orang Asia. Sejak dahulu kala. Yakni sejak kali pertama orang Tiongkok melihat bendera itu di tahun 1784.
Di tahun itu, menurut literatur, sebuah kapal dagang Amerika mendarat di Guangzhou. Di atas kapal itu berkibar The Stars and Stripes.
Saya curiga: jangan-jangan maksudnya merapat di Hong Kong yang saat itu juga termasuk Guangdong.
Begitu kagum orang-orang Canton melihat desain bendera itu. Mereka menganggapnya indah. Seperti bunga. Sampai disebut sebagai bendera bunga. “美” kata mereka. “Mei”.