Semula saya tidak tahu dari mana datangnya angka 500 di belakang Indy 500 itu. Ternyata balapan mobil ini menempuh jarak 500 mil. Berarti 800 km. Melebihi Surabaya-Jakarta lewat tol. Bayangankan jarak sejauh itu bisa diselesaikan 2,5 jam.
Tahun ini, Anda sudah tahu: juaranya Alex Palou. Orang Barcelona. Umur 28 tahun. Punya anak satu: umur 16 bulan.
Setelah upacara penyerahan piala, Palou menggendong anaknya ke tempat ritual legendaris: mencium garis finis. Bersujud di situ. Ia juga minta anak mungilnya ikut mencium garis finis itu.
Berbeda dengan di Formula 1, di Indy 500 hanya juara yang naik podium. Tidak ada juara dua dan tiga. Cara merayakannya pun berbeda. Di Formula 1 para juara meminum champagne dan menyemprotkan sisanya. Di Indy 500 sang juara meminum susu.
Isu yang berkembang: Indiana ini sangat agamis. Aturan agama (Kristen) harus dijalankan. Termasuk tidak boleh jualan minuman keras di hari Minggu.
ChatGPT ternyata punya jawaban lain. Minum susu itu tidak ada hubungan dengan tingkat konservatifnya Indiana.
Karena yang naik panggung hanya sang juara, maka tidak perlu dibangun panggung. Panggungnya adalah mobil balapnya.
Di Formula 1, mobil juara tidak ikut naik panggung. Di Indy500 mobilnya dinaikkan ke depan backdrop lantai dua untuk dijadikan panggung: sang juara naik dan berdiri di atas mobil itu.
Sebelum melihat sendiri Indy 500, saya sulit membayangkan di mana penonton parkir mobil. Bagaimana penyediaan toiletnya. Tahun ini jumlah penonton Indy 500 sebanyak 300.000 orang. Tidak ada perlombaan lain di dunia yang penontonnya sebanyak itu.
Ternyata pekarangan rumah penduduk sekitar sirkuit bisa jadi lapangan parkir. Rumah di Amerika tidak punya pagar. Bentuk halamannya hamparan rumput. Luas-luas. Satu halaman bisa menampung sampai 10 mobil.
Yang terlihat mencolok: banyak sekali ”rubil” –rumah mobil– parkir di sana. Rupanya penonton Indy500 banyak yang tiba di sirkuit sehari atau dua hari sebelumnya. Mereka membawa ”rubil”. Sekalian liburan. Berkemah di sebelah ”rubil”. Ada kamar mandi, toilet, dapur, tempat tidur di ”rubil” itu. Sama sekali tidak ada tukang parkir dadakan.