IKNPOS.ID – Di tengah ragam gaya arsitektur modern, Brutalism hadir sebagai gaya yang paling berani, jujur, dan tegas dalam menyuarakan fungsionalitas. Lahir pasca Perang Dunia II, gaya ini menonjol dengan tampilan bangunan yang masif, minim ornamen, dan penggunaan material mentah seperti beton ekspos.
Meski sering dianggap kaku atau bahkan “kejam” secara visual, Brutalism justru mewakili semangat kejujuran arsitektur yang tanpa basa-basi.
Asal-usul Brutalism: Arsitektur dari Abu Perang
Brutalism berasal dari istilah Prancis béton brut, yang berarti “beton mentah”. Gaya ini pertama kali dikenal luas melalui karya arsitek Swiss, Le Corbusier, khususnya bangunan Unité d’Habitation di Marseille pada tahun 1952.
Tapi istilah “Brutalism” sendiri mulai populer di Inggris lewat arsitek Alison dan Peter Smithson, yang mempopulerkan gaya ini sebagai bentuk penolakan terhadap arsitektur pasca-perang yang terlalu dekoratif dan tidak efisien.
Dalam konteks sejarah, Brutalism muncul sebagai solusi atas kebutuhan akan pembangunan cepat dan terjangkau, terutama untuk proyek perumahan sosial, kampus, dan gedung pemerintahan di Eropa dan Amerika Serikat.
Ciri Khas Brutalism: Kejujuran dan Kekokohan
Apa yang membuat Brutalism begitu khas? Berikut ini beberapa ciri menonjol dari gaya ini:
Material mentah dan tak tertutup
Beton ekspos, baja, dan batu bata kasar tampil apa adanya, tanpa ditutupi cat atau lapisan finishing. Ini menekankan “kejujuran material”.
Bentuk masif dan tegas:
Bangunannya tampak besar, kokoh, dan geometris, sering kali berbentuk blok atau struktur modular yang mencolok.
Minim ornamen
Gaya ini menghindari dekorasi atau hiasan yang tidak fungsional. Semua elemen harus memiliki alasan keberadaan yang jelas.
Fungsionalitas ekstrem
Rancangan bangunan fokus pada fungsi ruang, sirkulasi udara, dan pencahayaan alami. Hal ini membuat Brutalism cocok untuk gedung pendidikan, perpustakaan, dan kompleks perumahan padat.
Pro dan Kontra Brutalism
Brutalism menuai pujian sekaligus kritik. Pendukungnya melihatnya sebagai ekspresi kejujuran dan kekuatan arsitektur yang tidak berpura-pura indah. Namun, banyak juga yang menganggapnya dingin, tidak manusiawi, bahkan menyeramkan.