IKNPOS.ID – Pi Network kembali bikin gebrakan di dunia kripto. Kali ini, proyek blockchain yang terkenal dengan pendekatan ramah pengguna ini resmi menggandeng BANXA, sebuah platform pembayaran fiat-to-crypto, lewat skema Know Your Business (KYB).
Kolaborasi ini memungkinkan pengguna di lebih dari 100 negara untuk membeli koin Pi (PI) langsung dengan uang tunai. Simpel, cepat, dan nggak ribet lagi soal beli token PI.
Kabar ini pertama kali diungkap oleh analis kripto Dr. Altcoin pada 2 Mei lalu.
Dalam postingannya, ia menyebut langkah ini sebagai “game-changer” yang bisa mendorong adopsi massal Pi Network ke level selanjutnya.
“Ini bukan cuma soal teknologi, tapi tentang bagaimana Pi Network ingin membuat dunia kripto bisa diakses semua orang dengan mudah,” tulis Dr. Altcoin.
Pi Network Makin Serius soal Regulasi
Tapi bukan Pi namanya kalau nggak mikirin soal keamanan dan kepatuhan. Selain memperluas akses pembelian token, Pi juga memperketat sistem verifikasinya.
Kini, semua pengguna yang ingin melakukan transaksi peer-to-peer wajib lolos verifikasi Know Your Customer (KYC) dan menggunakan dompet non-custodial.
Artinya, semua proses tetap berada di tangan pengguna, aman dan sesuai regulasi.
FYI, BitMart dan HTX disebut-sebut sedang mengantre untuk mendapatkan persetujuan KYB dari Pi Network.
Kalau semuanya berjalan lancar, bisa dipastikan arus masuk investor dan pengguna bakal makin deras.
Langkah proaktif ini disebut-sebut akan jadi salah satu sorotan utama dalam ajang Consensus 2025.
Pi mulai terlihat serius membentuk reputasinya sebagai platform yang compliant, atau patuh terhadap regulasi. Di dunia kripto yang penuh ketidakpastian, ini bisa jadi nilai jual yang kuat.
Harga Koin Pi Network Masih Loyo, Kenapa?
Meski kabar kerjasama dengan BANXA ini terdengar bombastis, sayangnya grafik harga PI/USDT justru bikin banyak investor garuk-garuk kepala.
Saat ini, harga koin Pi masih bertengger tipis di atas level support $0,58 dan belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
Beberapa indikator teknikal seperti moving average 10, 20, hingga 50 hari menunjukkan tekanan jual masih dominan.
Relative Strength Index (RSI) berada di level 40 belum cukup kuat untuk mengundang para bull kembali. Bahkan MACD (Moving Average Convergence Divergence) masih lemah tanpa sinyal crossover yang menjanjikan.
Volume perdagangan juga tergolong rendah, dan Average Directional Index (ADX) yang di bawah angka 10 menandakan tren saat ini masih sangat lemah. Ibarat kopi yang kelamaan dibiarkan di meja masih ada, tapi hambar.