Komisi X DPR Minta Gagasan Ini Dikaji Ulang
Senada dengan Bonnie, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani alias Lalu Ari, juga menilai rencana ini butuh kajian mendalam dan dialog lintas sektor.
Ia mengakui niat Dedi Mulyadi bisa jadi lahir dari keinginan membangun karakter, namun pendekatannya bisa berbenturan dengan prinsip dasar pendidikan.
“Pendidikan bela negara memang penting, tapi bukan berarti harus dilakukan lewat pendekatan militer fisik. Nilai-nilai itu sudah ada di kurikulum nasional, seperti melalui pelajaran PPKn,” ucap Lalu Ari.
Ia menambahkan, konsep bela negara di sekolah lebih ditekankan pada aspek kesadaran nasionalisme dan mental-spiritual, bukan latihan baris-berbaris atau hidup di barak.
Dedi Mulyadi: Ini Pembinaan, Bukan Latihan Militer
Dedi Mulyadi sendiri menepis kritik bahwa programnya adalah bentuk pelatihan militer. Menurutnya, anak-anak tidak akan kehilangan status sebagai pelajar, karena mereka tetap belajar seperti biasa. Namun, ia ingin mengubah gaya hidup mereka agar lebih disiplin.
“Tidur jam delapan malam, bangun jam empat pagi. Belajar membereskan tempat tidur, sarapan tepat waktu, olahraga, hingga mengaji atau puasa Senin-Kamis bagi yang Muslim,” katanya di Kompleks Parlemen DPR, 29 April 2025.
Ia menambahkan, orang tua akan membuat surat pernyataan dan secara sukarela menyerahkan anaknya ke program tersebut. “Ini bukan latihan perang-perangan. Tapi pembinaan yang tidak mereka dapatkan di rumah,” ujarnya.