Oleh: Dahlan Iskan
MENGAPA banyak menteri anggota kabinet pergi ke Solo di saat Presiden Prabowo melawat ke luar negeri sejak dua hari lalu?
Tentu banyak tafsir. Pun sampai tafsir yang sangat sembrono: merencanakan kudeta.
Padahal bisa saja alasannya sangat sederhana: mumpung tidak akan ada sidang kabinet. Atau mumpung tidak mungkin tiba-tiba dipanggil ke istana.
Di awal-awal masa jabatan seperti itu banyak menteri takut: jangan sampai kalau tiba-tiba dipanggil presiden lagi tidak dalam jangkauan. Apalagi bagi menteri yang mengalami kesulitan menghadap presiden.
Waktu presiden pergi seperti itulah yang terbaik untuk meninggalkan Jakarta. Ke Solo. Bertemu mantan bos mereka: Presiden Jokowi. Mereka kan belum sempat berlebaran. Mumpung lebaran ketupat belum lama lewat.
Tapi memang ada yang sangat demonstratif: ke Solo naik pesawat jet pribadi. Maka di medsos tersiar video dua pesawat pribadi mendarat beruntun di bandara Solo. Seperti konvoi di udara. Isinya para menteri dan keluarga.
Jokowi dan Bahlil–TEMPO.CO
Kesan politiknya: mereka punya loyalitas ganda. Ada yang menyebut mereka lebih loyal ke Jokowi daripada ke Prabowo.
Padahal sangat manusiawi para menteri yang mantan anak buah Jokowi berlebaran ke mantan bosnya. Apalagi kalau ini benar: mereka bisa jadi menteri lagi berkat rekomendasi dari Jokowi.
Masalahnya: sehari sebelumnya Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Megawati. Padahal masih terjadi ketegangan yang luar biasa antara Presiden Jokowi dan Presiden Megawati.
Sebenarnya tidak perlu ada teori seperti itu: ”menggandeng Megawati” untuk ”menjauhi Jokowi”.
Prabowo pasti sudah berhitung: tidak ada untungnya meninggalkan Jokowi. Ruginya lebih besar daripada keuntungan menggandeng Megawati.
Pertemuan dengan Megawati harus ditafsirkan bahwa ”mengurangi musuh akan lebih baik” –apalagi kalau itu tanpa mengurangi ”sejawat”.
Masyarakat juga perlu diberi gambaran bahwa Presiden Prabowo tidak bermusuhan dengan siapa pun.
Terlalu banyak kesulitan negara yang akan bertambah sulit dengan permusuhan antarelite. Ditambah kita pun baru saja terkena prank terbesar abad ini: maju-mundurnya Presiden Donald Trump dengan langkah tarif bea masuknya.