Tiang Pancang di Atas Sungai, Perencanaan Awal Dipertanyakan
Halili juga mempertanyakan proses perencanaan awal proyek jalan tol. Ia mengaku heran melihat adanya tiang pancang yang berdiri tepat di atas aliran sungai, yang tentu berpotensi menghambat aliran air dan memicu banjir.
“Pertanyaan saya, apakah saat pancang pertama itu tidak ada pengawasan? Nah ini yang perlu kami pertanyakan saat pertemuan dengan semua pihak,” ucapnya penuh keprihatinan.
DED Drainase Harus Segera Disusun
Sebagai solusi jangka panjang, Halili mendesak agar Pemerintah Kota Balikpapan segera menyusun Detail Engineering Design (DED) untuk perbaikan sistem drainase di kawasan terdampak.
Ia berharap proses ini bisa selesai tahun ini agar pembangunan permanen bisa dimulai di 2026.
“Langkah ini diharapkan menjadi fondasi bagi solusi permanen,” tegasnya.
Video Banjir Viral di Media Sosial
Isu ini makin ramai setelah sebuah video berdurasi satu menit viral di media sosial. Dalam video tersebut, seorang warga merekam kondisi banjir yang terjadi di Jalan Tepo KM 10, menyebut proyek tol tidak memiliki sistem drainase yang layak.
“Kayak main-main aja proyeknya. Baru 30 menit hujan, air udah kayak sungai,” ujar perekam dalam video tersebut.
Ia juga menyebutkan bahwa banjir menyapu jalan hingga masuk ke rumah-rumah warga di RT 5, 6, dan 62 Kelurahan Karang Joang.
Infrastruktur Harus Sejalan dengan Dampak Lingkungan
Kasus banjir yang terus berulang di sekitar proyek tol Balikpapan–IKN harus menjadi refleksi bagi semua pihak.
Pembangunan besar-besaran tidak boleh mengorbankan keselamatan dan kenyamanan warga, apalagi yang tinggal berdampingan langsung dengan proyek.
Desakan dari anggota DPRD seperti Halili Adinegara membuka harapan agar penanganan banjir di wilayah tersebut tidak lagi bersifat reaktif, melainkan solutif dan berkelanjutan.