Yang paling saya sukai adalah:Â Kisah Seorang Pramuria. Lagu itu begitu manusiawi. Apa adanya. Begitu menggugat.
Saya mencoba ingin mengenang Mbak Titiek dengan cara menyanyikan lagu itu. Tidak berhasil. Tidak bisa. Tidak hafal satu pun kalimat dalam syairnya. Istri saya yang lantas mewakili suami.
Lagu lain yang saya tahu adalah: Bing. Yakni lagu yang dia ciptakan saat seniman besar Betawi, Bing Slamet meninggal dunia.
Mbak Titiek begitu hebat dalam mengenang Bing di dalam lagunyi. Saya masih belum tahu adakah pencipta lagu dan penyanyi lain yang kini ganti menciptakan lagu untuk Mbak Titiek.
Saya juga ingat setiap Lebaran Mbak Titiek membuat operet Lebaran. Tampil di TVRI. Pelakunya para penyanyi cilik di zamannya. Dia sendiri yang jadi sutradara dan penulis skenario. Dia juga yang melatih para pelaku operet itu.
Jangan sampai kita tidak membuat monumen untuk Mbak Titiek. Sekecil apa pun. Maka kali ini saya mengemis kepada para perusuh agar khusus di edisi hari ini perusuh hanya membuat komentar tentang Mbak Titiek. Tidak boleh lain.
Inilah edisi yang kita persembahkan bersama untuk Mbak Titiek: semua komentar hanya tentang Mbak Titiek. Komentar itu akan kami abadikan.
Kami pigura. Kami gantung di dinding kantor Harian Disway. Juga kita pigura untuk kita kirim ke keluarga Mbak Titiek.
Dalam hati kecil saya berharap ada juga seorang pramuria atau mantan pramuria ikut memberikan komentar.
Mbak Titiek, maafkan saya. Kami bersama Anda, sampai kapan pun. Terimalah komentar seluruh perusuh Disway sebagai sangu Anda di alam sana. (Dahlan Iskan)