Itulah jaringan yang dibuat Gus Fawait sejak lebih lima tahun lalu. Yakni saat ia mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Provinsi Jatim. Dari Partai Gerindra. Dapilnya, Jember dan Lumajang. Jaringan LSN terbentuk di dua kabupaten itu. Sampai ke tingkat desa.
Gus Fawait terpilih. Di Pileg 2024 ia maju lagi. Terpilih lagi. Perolehan suaranya meningkat. Tertinggi se-Indonesia.
Besarnya perolehan suara itu dilihat sebagai modal besar untuk maju sebagai calon bupati. Ia pun mundur dari DPRD. Maju sebagai calon bupati.
Lalu ada mak comblang yang akhirnya menjodohkannya dengan Pak Djos.
Gus Fawait bermodal perolehan suara. Pak Djos bermodal uangnya. Klop.
Umumnya orang Jember tahu siapa mak comblang yang dimaksud: Ir MZA Jalal –sesepuh politik di Jember. Jalal pernah jadi bupati Jember. Dua periode.
Saat Jalal menjabat bupati Pak Djos adalah kepala dinas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jember. Tentu Jalal tahu betapa kaya Pak Djos. Perjodohan pun dilakukan. Menang 54 persen atas saingan mereka dari PDI-Perjuangan.
Tapi pasangan ini tampaknya tidak sempat berbulan madu. Begitu pulang dari Magelang langsung pisah ranjang. (Dahlan Iskan)