Padahal tanpa baterai, solar cell itu justru menyulitkan PLN: solar cell hanya menyediakan listrik siang hari, padahal PLN lebih perlu listrik petang dan malam hari: antara pukul 17.00 sampai 22.00.
Listrik tenaga air dan panas bumi memang murah. Demikian juga nuklir. Tapi investasi pembangunannya jauh lebih tinggi. Juga jauh lebih lama.
Maka Tiongkok memutuskan itu: mengizinkan kembali pembangunan PLTU batu bara. Syaratnya: harus lebih bersih polusi. Lebih bersih 5 sampai 10 persen dari PLTU lama.
Tiongkok tidak peduli dengan kesepakatan dunia untuk mengakhiri penggunaan batu bara. Kalau, misalnya, ada yang menyalahkannya, Tiongkok tinggal bilang: yang salah Amerika. Gara-gara perang dagang, Tiongkok harus lebih efisien.
Tiongkok ingin maju. Ia harus mencari jalan apa pun untuk terus maju. Kepentingan dalam negerinya lebih utama dari kesepakatan di bidang green energy.
Bagaimana dengan kita, Indonesia? Yang kaya batu bara? Akankah kita ikut cara Tiongkok –lebih mementingkan dalam negeri kita? (Dahlan Iskan)