Kini Arab Saudi memasuki selera tinggi. Anda sudah tahu: Arab Saudi sudah cukup lama kaya. Tapi baru belakangan ini fasilitas umumnya world class.
Begitu pun Tiongkok. Untuk punya toilet-toilet modern seperti sekarang memerlukan tiga atau lima kali “revolusi toilet” –seleranya naik sedikit-sedikit selama 30 tahun terakhir.
Terminal bus di Saudi Arabia masih yang selera lama. Lebih jelek dari terminal bus kita. Di Makkah. Di Madinah. Di Riyadh. Di Tabuk. Di Taif. Di Buraydah. Di Yanbu. Belum ada yang bagus. Padahal itu sudah terminal-terminal baru. Stasiun bus di Riyadh, misalnya, masih ruwet sejak dari akses menuju terminal itu. Bayangkan seperti apa yang lama.
Saya yakin terminal-terminal bus baru itu pun tidak akan berumur panjang. Seleranya akan terus dinaikkan. Apalagi sudah ada contoh terbaru: terminal kereta cepat. Di Jeddah. Di Makkah. Di Madinah. Sudah langsung ikut selera tertinggi. Pun di kota-kota yang di belahan timur. Rupanya stasiun kereta dapat giliran lebih dulu dipermodern dibanding terminal bus.
Pembenahan selera itu juga belum sekaligus bisa terintegrasi dengan sistem ”linko”. Lokasi stasiun bus terbaru Madinah kelak memang akan ”berlinko” dengan stasiun kereta cepat. Tapi linko-nya masih terbatas. Tidak mungkin berlinko dengan bandara Madinah.
Yang di Jeddah sudah terlinko. Turun dari pesawat saya hanya perlu jalan kaki sedikit ke stasiun kereta cepat. Satu atap. Bandaranya baru. Stasiun keretanya baru.
Bandara baru Jeddah kini sudah seperti bukan bandara Arab Saudi. Sudah seperti di umumnya bandara internasional negara maju. Pelayanan paspornya sudah simpel. Loketnya banyak. Antrean pendek. Bahkan sudah mengalahkan bandara di Amerika Serikat.
Tentu sebagian besar jamaah umroh dari Indonesia belum turun di terminal baru ini. Garuda, Lion, Batik masih turun di terminal lama yang terbuka itu. Yang sudah berumur lebih 50 tahun itu.
Di bandara baru petugas paspor imigrasinya total berubah. Di sekitar 20 loket itu semua petugasnya wanita. Tidak lagi seperti dulu: paspor kita kadang digeletakkan di meja, ia sendiri asyik mengobrol dengan petugas di sebelahnya. Atau kadang ditinggal berdiri untuk menyapa temannya dengan cipika-cipiki.