Namun, atap gulung tidak memiliki banyak pilihan warna. Sebagian besar berwarna hitam, meskipun ada kalanya dapat menemukan beberapa pilihan warna cokelat, abu-abu, dan hijau. Atap ini juga tidak terlalu tahan lama dan memiliki masa pakai sekitar sepuluh tahun. Atap gulung bukanlah pilihan yang ideal jika tampilannya untuk menarik perhatian.
9. Atap Membran
Atap datar atau rendah biasanya menggunakan material jenis ini. Selain terjangkau harganya dan ringan, atap jenis ini mudah memasang dan memperbaikinya.
Di sisi lain, keberadaan lubang atap seperti cerobong asap dan sistem HVAC dapat membuat pemasangan menjadi sedikit lebih sulit dan lebih mahal. Atap membran relatif mudah bocor. Bahkan sambungan di antara lembaran membran dapat menyebabkan kebocoran, yang dapat menyebabkan masalah serius.
Seperti jenis atap nonkonvensional lainnya, atap membran memiliki gaya yang cukup terbatas, yang dapat menjadi masalah jika estetika menjadi prioritas. Atap membran tidak bisa memberikan tampilan yang meningkatkan daya tarik.
10. Atap Built-Up (BUR)
BUR adalah sistem atap yang terdiri dari beberapa lapisan aspal yang berguna untuk bangunan atap datar atau berlereng rendah.
Kelebihan dari atap BUR tahan terhadap air, sinar matahari dan cuaca buruk. Atap BUR ini juga relatif kuat dan mulus. Atap ini menjadi pilihan karena tidak mudah rusak. Namun kekurangannya, pemasangan BUR lambat dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Asap dan uap saat pemasangan berpotensi berbahaya. Jika bocor, sulit menemukan sehingga diperlukan pembongkaran.
11. Atap Kayu
Atap ini terbuat dari bahan kayu, seperti kayu ulin, kayu bengkirai, kayu cedar, kayu merbau, dan kayu bangkirai. Sirap atau rangka atap bisa menggunakan bahan ini.
Tanpa ragu lagi, atap ini merupakan salah satu jenis material atap yang paling klasik dan bisa jadi pilihan yang indah dan bergaya pedesaan. Selain itu juga tahan lama dan hemat energi.
Material ini juga salah satu jenis yang lebih ramah lingkungan karena dapat terurai secara hayati.