IKNPOS.ID – Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat Indonesia tetap bertahan di posisi ke-7 sebagai salah satu ekonomi terbesar dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) pada 2024.
Posisi ini konsisten sejak tahun 2022 lalu, mencerminkan stabilitas ekonomi nasional di tengah tantangan global.
Menurut data IMF, PDB Indonesia pada 2024 tercatat sebesar US$ 4,98 triliun, menempatkannya di peringkat ketujuh, di bawah Jepang (US$ 6,77 triliun) dan Rusia (US$ 7,13 triliun).
Sementara itu, posisi pertama diduduki oleh China dengan PDB mencapai US$ 39,44 triliun, disusul oleh Amerika Serikat (US$ 30,34 triliun) dan India (US$ 17,36 triliun) di peringkat kedua dan ketiga.
Berikut daftar 10 ekonomi terbesar dunia menurut IMF:
1. China: USD 39,44 triliun
2. Amerika Serikat: USD 30,34 triliun
3. India: USD 17,36 triliun
4. Rusia: USD 7,13 triliun
5. Jepang: USD 6,77 triliun
6. Jerman: USD 6 triliun
7. Indonesia: USD 4,98 triliun
8. Brasil: USD 4,89 triliun
9. Prancis: USD 4,49 triliun
10. United Kingdom (UK): USD 4,42 triliun
IMF menilai capaian ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Indonesia tetap tumbuh stabil meskipun menghadapi tantangan seperti gejolak ekonomi dunia, inflasi global, dan dampak sisa pandemi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aida S. Budiman, dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2024 pada 22 Januari lalu, menyampaikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 4,7%-5,5%, sementara pada 2026 akan meningkat menjadi 4,8%-5,5%.
“Ke depannya, pertumbuhan ekonomi kita akan terus bertumbuh, sumbernya dari konsumsi, investasi, dan kinerja ekspor. Bahkan dalam jangka menengah, ada tren peningkatan positif,” ujar Aida.
Ketidakpastian Global
Meski mencatatkan capaian membanggakan, Aida mengingatkan bahwa tantangan global tetap perlu diwaspadai, seperti ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga komoditas.