IKNPOS.ID – Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT INKA (Persero) berkolaborasi menghadirkan trem otonom bertenaga baterai yang telah diuji coba di Jalan Slamet Riyadi, Solo. Proyek ini adalah bagian dari inovasi transportasi ramah lingkungan yang dikembangkan selama tiga tahun terakhir.
Trem ini dirancang agar mampu beroperasi dalam lalu lintas campuran (mixed traffic), dan diharapkan menjadi solusi mobilitas publik yang aman dan berkelanjutan di masa depan. Trem otonom ini dilengkapi dengan teknologi sensor seperti kamera, radar, LiDAR, dan GNSS, yang terhubung dengan sistem kecerdasan buatan (AI).
Teknologi ini memungkinkan trem mengenali lingkungan sekitar, bahkan dalam berbagai kondisi cuaca, serta membuat keputusan secara mandiri untuk mengendalikan trem melalui sistem drive by wire. Dengan baterai berkapasitas 200 kWh, trem ini dapat menempuh jarak hingga 90 km dalam sekali pengisian daya, menjadikannya efisien dan ramah lingkungan.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming menghadiri langsung uji coba trem ini di Stasiun Purwosari pada awal November lalu. Wapres berharap teknologi ramah lingkungan ini dapat direplikasi di kota-kota lain di Indonesia, sejalan dengan prioritas pemerintah Presiden Prabowo dalam mendukung pengurangan emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan hijau.
Prof. Bambang Riyanto, Ketua Tim Peneliti ITB, dalam penelitian terkait dengan projek ini yang berjudul “Pengembangan Sistem Otonom dengan Artificial Intelligence untuk Trem Listrik Otonom”, menjelaskan bahwa pengembangan sistem otonom untuk trem ini sarat dengan teknologi kecerdasan buatan yang mengutamakan efisiensi dan keamanan.
“Sistem ini memungkinkan trem beroperasi baik dengan maupun tanpa masinis di lingkungan lalu lintas campuran. Trem ini juga dilengkapi fitur object detection, collision avoidance assist, driver attention warning, speed limit assist pada mode pengemudian dengan masinis untuk meningkatkan keamanan,” jelas Bambang, seperti dikutip dari itb.ac.id, Senin, 11 November 2024.
Serupa dengan Solo, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim) juga berencana menggunakan trem otonom sebagai salah satu moda transportasi. IKN memilih trem otonom buatan China, yang belakangan saat dilakukan Proof of Concept (PoC), Autonomus Rail Rapid Transit (ART) yang berasal dari China itu dinyatakan tidak layak dan akan dikembalikan ke negara asalnya.
Bambang, yang juga merupakan salah satu anggota dari tim PoC uji kelayakan trem otonom di IKN menyatakan, bahwa trem otonom kolaborasi antara ITB dan PT INKA dapat berpeluang untuk menggantikan trem otonom buatan China di IKN. “Bila diberikan kesempatan pada prinsipnya bisa dikembangkan,” tegas Bambang.
Perbedaan utama trem otonom yang diuji coba di Solo menggunakan rel fisik dan bukan virtual. Menurut Bambang, dari aspek sistem otonomnya, sebenarnya 80% teknologinya serupa. “Teknologi ART dari China perlu memiliki kemampuan untuk mengikuti jalur virtual yang ditetapkan,” tuturnya.