Hal ini, lanjut ia, tentu akan memperkuat persepsi tentang Provinsi Kaltim yang memiliki jargon Kaltim Green ini, karena Kaltim memang bisa terdongkrak perekonomiannya melalui komoditas perkebunan unggulan.
Kelapa dalam atau kelapa bulat merupakan sektor perkebunan yang masih perlu banyak perhatian, sehingga semua pihak terkait perlu kolaborasi membangkitkan minat dan perhatian mulai dari lahan, pelaku perkebunan, hingga jangkauan pasar global.
“Pengembangan komoditas unggulan ini sejalan dengan arah pembangunan hijau yang digaungkan sejak belasan tahun lalu. Apalagi sekarang Kaltim sedang getol-getolnya mendorong sumber pendapatan alternatif dari industri terbarukan, salah satunya adalah perkebunan,” tutur Niel.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ence Achmad Rafiddin Rizal mengatakan, sudah saatnya Kaltim fokus membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap tanaman perkebunan unggulan, khususnya kelapa dalam yang pernah berjaya.
Ia lalu merujuk data ekspor kelapa bulat dari Badan Karantina Kementerian Pertanian, yakni Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir kelapa bulat terbesar di dunia dalam kurun 2016-2020, dengan kontribusi 58,37 persen terhadap total volume ekspor kelapa bulat dunia.
“Nilai ekspornya mencapai 61,9 ribu ton dengan tujuan China, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Kelapa bulat tersebut diantaranya dari Kaltim,” ujarnya.
Sayanya kini produksi kelapa ulat Kaltim terus menurun karena itu perlu dilakukan upaya agar kembali berjaya.
“Namun kini produksi kelapa bulat Kaltim terus menurun, maka kami terus melakukan berbagai upaya agar kelapa bulat Kaltim kembali berjaya,” pungkasnya.