IKNPOS.ID – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik mengingatkan semua kawasan tambang di Benua Etam segera memperhatikan kepentingan masa depan.
Minyak bumi, gas bumi, dan batu bara adalah sumber daya energi tak terbarukan yang bisa habis jika digunakan terus-menerus.
Karena itu penting untuk segera bertranformasi dari tambang menuju pertanian, peternakan dan perikanan.
Akmal Malik mengatakan, pengelolaan tambang yang buruk akan mengancam kehidupan di masa depan.
Hal ini sudah terjadi di Nauru, sebuah negara di kawasan Pasifik Tengah yang sekarang menjadi negara termiskin di dunia.
Padahal sebelumnya, negara kecil itu menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
“Nauru adalah negara kecil yang kaya karena tambang. Tapi karena mereka tidak mengelola untuk masa depan, sekarang mereka menjadi negara termiskin di dunia,” kata Akmal Malik mengingatkan, Selasa 29 Oktober 2024.
Jika tidak segera bertranformasi akan berkembang stigma negatif yang terus dibangun, bahwa tambang menghadirkan kehancuran dan kerusakan lingkungan hidup. Mengacu pada contoh seperti terjadi di Republik Nauru.
Padahal faktanya tidak seperti itu. Contoh kasus yang dilakukan oleh Berau Coal dan perusahaan tambang pemegang IUP yang secara konsisten melakukan upaya-upaya serius untuk melakukan penghijauan kembali dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kita terus lakukan aksi nyata dan campaign (kampanye) positif, bahwa tambang harus menghadirkan rakyat yang lebih sejahtera. Tambang harus menghadirkan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik ke depan,” tegas Akmal.
Pola pengelolaan tambang di Berau Coal ini, kata Akmal jelas sangat jauh berbeda dengan apa yang sudah terjadi di Republik Nauru, era tahun 80-an lalu.
Konsep kelola tambang Berau Coal sangat memerhatikan kepentingan masa depan dan transformasi dari tambang menuju pertanian, peternakan dan perikanan.
Namun kata Akmal, langkah progresif seperti dilakukan Berau Coal, bukan tanpa halangan.
Berau Coal yang memiliki areal konsesi tidak kurang dari 108.000 hektare dan jumlah pekerja mencapai 23.000 orang.
Akmal berharap Berau Coal dan perusahaan pemegang IUP lainnya dapat memberikan contoh membangun berkelanjutan. Ada contoh baik dari praktik tambang.
Misal saja, membantu mewujudkan ketahanan pangan di daerah melalui pemanfaatan areal lahan eks tambang di sekitar perusahaan. Minimal, untuk keperluan sayur mayur dan ikan di lokasi perusahaan tidak mengganggu pasar lokal di masyarakat.
Selanjutnya ia meminta Berau Coal agar dapat terus membantu pemerintah daerah untuk penanganan inflasi dan membangun kemandirian.
“Perusahaan harus bantu menanam pangan untuk keperluan sendiri, sehingga tidak mengganggu pasar masyarakat,” tandasnya.
Sedangkan soal kerusakan yang diakibatkan tambang, Akmal menyebut itu sebagai ulah pihak-pihak tak bertanggung jawab.
“Persoalannya itu, ada yang juga mau ikut menggali, tapi tidak punya sumber daya untuk mengembalikannya lagi (tambang ilegal),” pungkasnya.