IKNPOS.ID – Proses pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim) masih terus berlangsung. Curah hujan tinggi masih terus menjadi kendala pembangunan calon ibu kota Indonesia itu.
Untuk membantu proyek pembangunan di kawasan tersebut berjalan secara lancar, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga kini masih menyemai garam di langit untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hujan di IKN.
“Penyemaian garam tidak dilakukan di langit IKN yang mengalami mendung, tetapi dilakukan di gumpalan awan tebal kawasan yang dekat dengan IKN,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan Kukuh Ribudiyanto, Selasa 20 Agustus 2024.
Kawasan yang dekat di IKN tersebut antara lain di perairan Balikpapan, Samboja maupun di kawasan lain terdekat, bisa di arah barat, timur, utara, maupun selatan, disesuaikan dengan prakiraan kecepatan dan arah angin.
Menurutnya, jika ada gumpalan awan tebal di laut Balikpapan maupun Samboja, kemudian angin mengarah ke barat dan dikhawatirkan terjadi hujan di IKN, maka pesawat pembawa garam terbang ke gumpalan awan tebal tersebut dan menyemai garam di lokasi itu.
“Tujuannya agar hujan langsung turun begitu disiram garam, sehingga tidak sampai ke IKN. Jika angin kencang dan mendung sampai ke IKN pun, maka intensitas hujan di IKN tidak lebat, tetapi intensitasnya menurun karena ketebalan mulai berkurang,” katanya.
Namun, jika ada gumpalan awan yang secara cepat terjadi di IKN, maka hal itu tidak mungkin disemai garam di langit IKN, dibiarkan saja untuk menunggu dua kemungkinan, yakni kemungkinan pertama adalah awan tersebut akan pindah searah pergerakan angin, dan kemungkinan kedua adalah terjadi hujan di IKN.
Ia juga mengatakan bahwa pesawat penyemai garam tersebut saat ini hanya diterbangkan dari Bandara APT Pranota Samarinda dengan garam yang dibawa sekitar 1 ton sekali terbang atau per operasi modifikasi cuaca (OMC).
“Untuk OMC dengan pesawat dari Balikpapan mulai hari ini tidak lagi dilakukan karena kontraknya sudah habis kemarin, sehingga hanya pesawat dari Samarinda yang bergerak melalui kerja sama tiga pihak yakni antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Smart Aviation,” katanya.