“Uang pendaftaran ke universitas juga nggak ada reimburse-nya?”
“Gak ada Bu.”
“…”
***
“Pak Dekan, saya kan udah urus pendaftaran S3 ke sini, untuk biaya UKT per semesternya gimana?”
“Sekitar 15 juta per semester Bu.”
“Wah, saya gak kuat harus bayar segitu.”
“Bu Mutia cari beasiswa aja, ada LPDP atau BPI.”
“Bentar, ini saya kan melaksanakan tugas secara profesional kan Pak? Atas perintah Fakultas?”
“Iya Bu.”
“Tapi saya disuruh cari pendanaan sendiri? Antara bayar sendiri atau beasiswa cari sendiri?”
“Iya Bu. Memang begitu. Saya dulu juga begitu.”
“…”
***
“Prof. Harjo, bisa jadi promotor S3 saya?”
“Bisa Bu Mutia, tapi saya lagi minim funding beberapa semester ke depan. Hampir semua guru besar di fakultas kita lagi susah Bu.”
“Oh gitu Prof, kalau tanpa funding, gimana?”
“Bu Mutia harus biayain penelitian sendiri.”
“Maksudnya?”
“Beli mencit, reagen, bahan kimia, sama alat-alatnya secara mandiri Bu.”
“Bentar, jadi selain harus bayar UKT, saya juga harus bayar penelitiannya?”
“Iya Bu.”
“Kan ini saya bertugas secara profesional kan Prof? Ada surat dari fakultas lho saya disuruh tugas belajar, kok pakai uang pribadi?”
“Saya dulu juga gitu Bu. Memang begitu.”
“…”
***
“Bu Mutia, ini ada surat dari lembaga beasiswa yang di-apply kemarin.”
“Oh iya Mbak Admin, sudah ada pengumumannya?”
“Iya Bu, ini ada suratnya dari LPDP sama BPI. Dibuka aja Bu.”
“…”
“Kenapa Bu, kok sedih?”
“Dua-duanya nggak keterima Mbak, padahal saya juga PNS Dosen.”
“Waduh, jadi gimana Bu?”
“Terpaksa bayar UKT pakai uang pribadi.”
“…”
***
“Mbak Keuangan fakultas, ini kok gaji saya tinggal gaji pokok PNS doang? Ini gaji pokoknya mana di bawah UMK pula.”
“Bentar saya cek ya Bu Mutia.”
“Tolong ya Mbak, itu semua tunjangan sama serdos jadi ilang semua, saya lagi perlu biayain anak-anak saya.”
“Bu Mutia mulai tugas belajar semester ini?”
“Iya Mbak.”
“Oh pantes, memang gitu aturannya Bu, selama tugas belajar yang diberikan hanya gaji pokok PNS.”
“Hah, kok gitu? Saya kan mengerjakan tugas ini atas perintah fakultas?”
“Memang aturannya begitu Bu.”
“…”