“Bu Doktor mendapat cerita itu dari mana?” tanya saya.
“Dari anak saya, seorang dokter muda. Anak saya punya grup WA dan membacanya di grup itu,” katanya.
Rupanya kisah di bawah ini beredar luas di kalangan akademisi. Isinya sungguh wow!
”Apakah kenyataannya memang seperti yang dikisahkan itu?” tanya saya lagi.
“Kisah itu benar. Kenyataan di lapangan seperti itu,” katanya.
”Apakah ada di bagian-bagian tertentu yang tidak benar atau dilebih-lebihkan?”
”Tidak ada. Semuanya memang seperti itu”.
Maka inilah kisah yang lagi beredar di kalangan akademisi itu:
PART I : Tugas
“Bu Mutia, dipanggil ke ruangan Pak Dekan.”
“Ada apa ya Mbak Admin?”
“Ada yang mau diobrolin katanya.”
“Jam berapa mbak?”
“Jam 1, habis makan siang.”
***
“Ada apa Pak Dekan?”
“Bu Mutia kan udah 5 tahun jadi dosen di sini kan ya?”
“Iya Pak.”
“Udah lektor juga kan ya? Tapi ijazah masih S2 ya?”
“Iya Pak.”
“Biar karir Bu Mutia lancar, kami minta untuk tugas belajar S3.”
“Wah, kalau nggak gimana Pak? Saya lagi banyak pengeluaran.”
“Nanti karir Bu Mutia stuck di situ.”
“Oh gitu, oke Pak.”
***
“Mbak Admin, kalau saya mau daftar S3 di univ sini aja, syaratnya apa aja?”
“Kok gak ke luar negeri aja Bu?”
“Anak saya baru masuk kuliah, di jurusan sebelah, adiknya mau masuk SMA.”
“Wah udah gede.”
“Iya, saya dulu nikah muda dan punya anak cepet.”
“Oh gitu, saya cek dulu ya syarat-syaratnya Bu, nanti saya hubungi.”
***
“Bu Mutia, syaratnya ini Bu: Ijazah sama Transkrip S1 dan S2, hasil tes TPA, hasil tes TOEFL, sama proposal penelitian.”
“Tes TPA sama TOEFL saya udah kedaluwarsa, harus tes lagi?”
“Iya Bu. Oh ya, nanti juga ada tes lagi dari jurusan.”
“Bentar, saya ngajar di jurusan farmasi ini, punya beberapa paper di jurnal internasional di bidang ini juga, masih harus dites kemampuannya?”
“Iya Bu, memang aturannya begitu.”
“…”
***
“Mbak Admin, ini saya udah dapat tes TPA dan TOEFL saya, ada reimburse-nya?”
“Gak ada Bu.”
“Hah? Kok gitu, bukannya ini saya melaksanakan tugas secara profesional? Kok jadi uang saya pribadi yang keluar?”
“Memang aturannya begitu Bu.”