Selain menyiapkan kiran, para penyirih juga menyiapkan wadah khusus untuk menyimpan kotoran atau air ludah sirih.
“Air sirih tidak dibuang sembarangan, melainkan dibuang ke dalam wadah khusus yang telah disediakan,” unkapnya.
Tantangan Jaman
Meskipun tradisi makan daun sirih masih kuat di Mahakam Ulu, modernisasi dan perubahan gaya hidup membawa tantangan tersendiri. Generasi muda terkadang lebih tertarik pada budaya pop dan teknologi modern.
Tetapi bagi kabupaten yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia ini, tradisi bersirih justru tidak boleh ditinggalkan.
Namun, harapan tetap ada. Banyak komunitas dan individu yang berusaha menjaga dan melestarikan tradisi ini dengan bangga.
Melalui pendidikan, pengenalan budaya, dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur, tradisi makan daun sirih di Mahakam Ulu diharapkan akan terus menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Dayak.
Dengan upaya pelestarian dan pendidikan budaya, tradisi ini diharapkan akan terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang, menjaga identitas dan kebanggaan masyarakat Dayak di tengah arus modernisasi. (IKNPOS/Nomorsatukaltim)