IKNPOS.ID-Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) dan serangan jantung merupakan kondisi yang berbeda meski sama-sama membahayakan nyawa.
Dokter spesialis jantung Siloam Hospital Prof. DR. dr. Yoga Yunaiadi, SpJP (K), FIHA, FAsCC menjelaskan, serangan jantung terjadi akibat infark miokard akut.
“Serangan jantung adalah infark miokard akut, yaitu tersumbatnya pembuluh koroner yang sebelumnya sudah menyempit secara mendadak,” jelas dr. Yoga kepada Disway Group.
Pembuluh koroner sendiri merupakan pembuluh yang memberi makan dan oksigen ke jantung.
Sehingga, sumbatan mendadak tersebut mengakibatkan jantung tidak memperoleh asupan oksigen dan zat gizi lainnya.
“Semakin lama tersumbat, semakin rusak jantungnya,” tandasnya.
Guru Besar FKUI tersebut mengatakan bahwa perubahan dan kerusakan mendadak pada otot jantung bisa menyebabkan kelainan irama jantung yang sangat cepat dan fatal.
Di mana, keadaan terakhir disebut henti jantung.
“Pada orang usia di atas 45 tahun, serangan jantung merupakan penyebab utama henti jantung. Tetapi pada orang muda, penyebab utama henti jantung adalah kelainan irama itu sendiri,” paparnya.
Kelainan irama jantung ini berupa jantung berdebar sangat cepat.
“Sedemikian cepatnya sehingga hanya berupa getaran fibrilasi saja dan tidak menghasilkan fungsi pemompaan darah.”
Akibatnya darah berhenti beredar, kata dr. Yoga.
“Hanya butuh 4 menit untuk menyebabkan otak rusak permanen akibat tidak mendapatkan aliran darah yang membawa oksigen dan zat gizi lainnya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kecepatan pertolongan pada saat seseorang mengalami henti jantung sangat penting dengan memberikan napas buatan dan resusitasi jantung paru (RJP) segera setelah teridentifikasi tidak ada denyut nadi.
“Upaya itu disebut Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian menunjukkan bahwa kondisi henti jantung yang terjadi saat ada penolong yang mampu melakukan BHD, menghasilkan survival yang lebih tinggi,” tuturnya.(az)